Akhirnya kata Nirwana lebih cocok untuk memaknai teks Jawa Kuna Dhuwur wekasane, endhek wiwitane atau Penderitaan Membuahkan Kemuliaan. Â Nirvana (artinya: keluar, terpesona) hanya bisa dijelaskan dengan kata-kata. Di antara banyak nama untuk Nirvana, seseorang dapat membentuk kategori berdasarkan Buddhologist. Menurut ini, Nirvana adalah: [a] Â Kosong, karena tidak ada hubungannya dengan diri sendiri (penghentian diri pribadi merupakan prasyarat untuk mencapai nirwana)., [b] Â Tanpa tanda, karena Nirvana tidak memiliki apa pun untuk mengenalinya. [c] Tanpa keinginan, karena seseorang tidak dapat menginginkannya dan siapa pun yang telah mencapainya puas dengan apa adanya. [d] Â Tanpa kematian, bebas dari semua kematian dan segala jenis ketidakkekalan, karena Nirvana tidak diciptakan, tidak berubah, tidak dapat dihancurkan, dan bertahan tanpa akhir. [e] Â Damai, karena bebas dari segala penderitaan dan gangguan ketenangannya yang damai dan [f] Aman, karena bebas dari ancaman non-diri luar dan bebas dari segala keterasingan diri di dalam.
Karena ajaran Buddha tidak menganggap keberadaan manusia di bumi sebagai keseluruhan hidup tetapi hanya sebagai bagian dari hidup. Namun, kelahiran kembali tidak dipahami sebagai kelanjutan pribadi. Menurut pandangan Buddhis, seluruh kepribadian mati bersama kematian, termasuk kesadarannya. Namun, sebuah kuman tetap ada, dari mana individu baru dengan kesadaran baru muncul. Kelahiran kembali seperti memindahkan api dari satu obor ke obor lainnya: itu adalah api yang sama, tetapi pembawanya (pada manusia, kepribadiannya) adalah yang sama sekali baru. Terima kasih
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI