Pada  kaya ini mengairi pemikiran paling kontemporer, seperti yang dibawa oleh filsuf Baptiste Morizot, yang  mendiagnosis krisis ekologis sebagai "krisis kepekaan" dan mengusulkan untuk memperluas rasa kebersamaan kita ke semua makhluk hidup. Etika lingkungan juga telah memunculkan cabang-cabang lain: biosentrisme, yang membela nilai intrinsik yang diberikan kepada setiap entitas alam, dan pragmatisme, yang berusaha melampaui pertengkaran moral untuk kepentingan "kepentingan praktis" yang lebih konkret. . Untuk bagiannya, vena ekosentris terus diperbarui, terutama dalam kaitannya dengan Antroposen. Maka, dalam Thinking Like a Planet (Oxford University Press, 2014), John Baird Callicott mengglobalisasikan pemikiran Leopold, menjadikan etika buminya sebagai etika bumi.
Ekosentrisme terbentang di sekitar gagasan sentral, "komunitas biotik", yang merupakan objek di mana etika bumi berlaku. "Suatu hal yang benar ketika cenderung menjaga integritas, stabilitas dan keindahan komunitas biotik. Tidak adil bila cenderung sebaliknya," tulis Aldo Leopold. Pendekatan ekosentris ini, yang menekankan pada saling ketergantungan lingkungan, berbeda dari biosentrisme, yang memberi nilai pada setiap entitas alam  dan bukan pada keseluruhannya, sehingga menganjurkan kesetaraan yang ketat antara semua individu yang hidup.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H