Kepemimpinan perusahaan memiliki dua jenis. Kedua jenis tersebut adalah manajer berasal dari luar perusahaan (outside manager) dan manajer yang berasal dari  pemilik perusahaan (owners manager). Penelitian yang mengkaji hubungan  antara manajer dan pemilik disebut agency theory.Â
Asumsi agency theory menurut Bamber, et al. (1998:70), akan mengakibatkan munculnya konflik kepentingan  antara manajer dan pemilik; manajer memaksimumkan utilitinya sendiri, sementara  pemilik berkeinginan  memaksimumkan keuntungannya.  Konflik tersebut menurut Utama dan Cready (1997:129), muncul bila  manajer berusaha memaksimumkan kesejahteraannya sendiri dan tidak memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham. Tindakan tersebut dilakukan  melalui financial numbers game dengan cara real (melalui transaksi)  atau melalui artificial (pemilihan metode akuntansi).
      Menurut Watts and Zimmerman  (1986;181) kontrak antara owners manager dan  shareholders disebut agency relationship. Lebih lanjut dikatakan : "a contract  under which one or more (principals) engage another person (the agent) to perform some service on their  behalf which involves delegating  some decision making authority to the agent". Â
      Kemudian  Jensen dan Meckling (1976:308), menyatakan hubungan agent dan principal  akan menimbulkan biaya bagi principal (shareholders). Lebih lanjut Jensen dan Meckling menyatakan sebagai berikut : "agency relationships involve costs to the principals. The costs of agency relationship have been defined as the sum of  (1) monitoring expenditures by the principal, (2) bonding expenditures by the agent, and (3) the residual loss".
      Sebagai orang pertama yang membahas teori agensi, Jensen dan Meckling, menyatakan hubungan  agensi akan menimbulkan  biaya bagi pemilik. Biaya tersebut adalah biaya pemantauan, biaya bonding, dan kerugian residual. Lebih lanjut dijelaskan biaya pengawasan  adalah pengeluaran oleh pemilik untuk mengawasi tingkah laku manajer,  biaya bonding merupakan biaya yang harus dikeluarkan  oleh manajer untuk menjaga agar dapat memaksimumkan  kepentingan pemilik.  Biasanya tindakan yang di ambil manajer akan berbeda jika pemilik sendiri yang  melakukan tindakan tersebut, efek ini disebut residual loss.
      Biaya agensi memiliki hubungan dengan biaya kepailitan dalam struktur modal (leverage). Manajemen merupakan agent pemegang saham di dalam perusahaan. Pemegang saham berharap agent dapat bertindak atas kepentingan mereka sehingga mendelegasikan  wewenang pada agent. Agar dapat melakukan fungsinya dengan baik manajemen  harus diberikan insentif  dan pengawasan yang memadai. Pengawasan dapat dilakukan melalui pengikatan agent, pemeriksaan laporan keuangan dan pembatasan terhadap keputusan yang diambil manajemen bahkan harus melalui perjanjian. Kegiatan pengawasan tersebut memerlukan biaya yang merupakan tanggungan pemegang saham.
      Menurut Bushman, et al. (1996: 163) dan Banker, et al. (1996:197), dengan agency theory timbul akibat konflik kepentingan dalam masalah penilaian CEO (chief executive  officers) compensation, skala perusahaan dan indivudual performance evaluation (IPE). Bushman et al mendefinsikan  biaya agensi adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk  meyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten  sesuai dengan perjanjian  kontraktual perusahaan  dengan kreditor dan pemegang saham.
   Contracting Cost Theory. Agency theory dan contracting cost theory tidak dapat dipisahkan dari earnings management sebab kedua teori ini selalu dikaitkan dengan biaya transaksi, biaya keagenan, biaya informasi, biaya renegosiasi dan biaya kepailitan yang tidak hanya bertujuan demi kepentingan pribadi, tapi demi menyelamatkan perusahaan secara keseluruhan (Zimmerman 1982:22). Angka akuntansi yang dilaporkan dapat mengurangi biaya keagenan seperti dikatakan Watts and Zimmarman (1986:199) sebagai berikut :
       "accounting numbers are used in the firms contracts that are designed to reduce agency cost. Ratio such as debt/equity ratio are used in debt contracts to restrict  managers' actions that tranfers wealth from debtholdres. Accounting earnings are used in bonus plans, presumably to reduce manager  shirking.  Such use of accounting numbers requires their calculation ad their monitoring for breach of contract".
      Secara rasional teori  adalah penyederhanaan realitas dan lingkungan praktik yang kompleks dan terus berubah. Karena itu jika suatu teori tidak dapat menjelaskan dan memprediksi secara sempurna terhadap fakta atau kejadian  bukan berarti para akhli atau peneliti membatalkan teori tersebut. Dalam kenyataan adanya kekurangan dalam teori tersebut akan mendorong para akhli untuk mengembangkan teori baru yang lebih baik dan mampu menjelaskan serta memprediksi kejadian. Watts dan Zimmerman membuat kriteria teori yang dapat  bertahan adalah teori yang dapat menjelaskan fenomena  dan mempunyai nilai  (value) untuk para  pemakai pada masa yang akan datang (prediksi) dan informasi.
      Cyert dan Ijiri (1974:33), menyatakan berkaitan dengan perspektif tentang perusahaan sebagai rangkaian kontrak memandang  peranan informasi akuntansi sebagai alat pemantauan  dan pemaksaan kontrak-kontrak untuk  mengurangi biaya keagenan  dari konflik tertentu. Suatu konflik yang mungkin  adalah konflik kepentingan  antara pemberi pinjaman  dan pemegang saham; dalam kasus itu keputusan yang menguntungkan pemegang saham tidak selalu merupakan yang terbaik bagi pemberi pinjaman (Belkaui 1993:109). Dalam keadaan yang demikian munculnya contracting cost theory.  Hal ini  menyebabkan perjanjian pemberian pinjaman  menghendaki adanya  ketentuan  tentang aturan  pengukuran  dalam menghitung angka-angka  akuntansi  dengan tujuan melindungi  perjanjian pinjaman. Kesepakatan  lain yang mungkin  adalah mewajibkan penggunaan angka-angka akuntansi  dari laporan keuangan  yang telah diaudit  dalam memantau perjanjian  tentang kesepakatan  yang meliputi  kontrak kompensasi  manajemen dan perusahaan secara hukum. Sehingga contracting cost theory mengasumsikan metode akuntansi dipilih sebagai bagian dari proses maksimisasi kemakmuran semua pihak.