Tidak perlu apa yang penulis maksudkan, teks menjadi ontonom seperti apa yang dikatakan teks itu sendiri. Dibandingkan dengan penulis maka otonomi teks yang dimaksudkan maknanya atau teks dapat dipahami sebagai individu yang otonom terlepas dari penulisnya. Â Bisa diandaikan penulis ingin menyampaikan sesuatu namun kemampuan teknis atau kondisi social budaya memungkinkan tidak dapat dikatakan secara efektif pada maknanya.Â
Maka wajiblah teks dievalusi, dan bukan pada apa yang penulis telah lakukan. Niat evaluasi ini jelas dibutuhkan dalam tatanan ilmu, tetapi terlebih dahulu harus hati-hati dalam memahami maknanya dengan teliti sekali. Kompetensi kemampuan eksperimen pikiran jelas diperlukan.
Argumentasi lain E.D Hirsch adalah kita tidak akan pernah tahu apapun yang dimaksud penulis, karena kita bukan penulisnya. Artinya memahami teks menjadi tidak mungkin dilakukan dengan valid.  Maka cara yang ditempuh adalah menulis (tandingan) berupa  pertanyaan, atau sanggahan,  atau kritik pada makna-makna tulisan tersebut.Â
Atau memberikan makna pada tulisan yang bukan kita adalah tidak mungkin. Jikapun mungkin hal itu hanya bersifat probabilitas semata. Sekalipun kita tidak bisa masuk dalam batin dan kulit pengarang, namun mencoba merekonstruksikan adalah bersifat paradoks. Setiap teks memiliki makna, dan hubungan dengan cakrawala lain
Argumentasi selanjutnya adalah "penulis sering melakukan pemikiran (episteme) yang dia tidak tahu apa maknanya". Misalnya jika Kant tidak mengerti apa yang dimaksud Plato pada epstimologi. Tetapi Kant memahami Platon lebih baik dari Platon. Dia Kant lebih baik inilah menunjukkan bahwa penulis (Platon) sering melakukan pemikiran (episteme) yang dia tidak tahu apa maknanya". Artinya makna bawah sadar dapat dipastikan terjadi dalam diri penulis. Atau kemampuan Genre pada makna keseluruhan, gagasan tentang komponen makna yang lebih baik dan otentik. ****
Daftar Pustaka: E.D. Hirch., 1967., Validity in Interpretation., Yale University Press.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H