Validitas Interprestasi Pemikiran Hirsch
Pemikiran  Eric Donald Hirsch atau disebut singkat ["Hirsch"] disebut pada buku ini adalah bahan kuliah trans-substansi makna dan "Validity in Interpretation untuk laporan keuangan klien untuk matakuliah akuntansi kontemporer pada Pascasarjana Universitas Mercu Buana Jakarta. Buku ini telah dibahas dalam kuis,  dan diskusi forum matakuliah. Â
Eric Donald Hirsch Jr. lahir di Memphis Tennessee, tanggal 22, Maret  1928, usia  90 tahun menempuh pendidikan di  Yale University (1957), Cornell University (1950), dan sebagai guru besar atau University of Virginia US. Pada tahun 1967 diterbitkan buku dengan judul "Validity in Interpretation, di Yale University 1967, dan karya kedua adalah The Aims of Interpretation (1976).Â
Karya ED Hirsch terkenal adalah Wordsworth and Schelling (1960); dan Innocence and Experience: An Introduction to Blake (1964).  Isi buku "Validity in Interpretation  adalah Bab 1;  in defense of author, bab 2 Meaning and Implication, bab 3  the consept of genre, bab 4  Understanding, Interpretation, and  Criticism, bab 5 Problem and Principles of  Validation.
Pertanyaan E.D Hirsch  pada Validity in Interpretation, adalah bagimana kita memahami suatu teks dengan dedikasi yang benar. Pendasaran umum hermeneutika adalah teologi kontemporer, filsafat, dan interprestasi sastra. Hirsch menyatakan jika merujuk pada cara interprestasi dalam keragaman dan universalitas adalah memungkinkan kajian menyeluruh untuk menyusun pengetahuan objektif.Â
Dengan memahami sungguh-sungguh maka kesalahan interprestasi apapun dapat dihindari dengan membedakan makna, signifikansi, kritik dengan bertanggungjawab. E.D Hirsch menemukan sistematika, dan menemukan estetika  bahwa subjek (knower) dapat mengetahui dengan interprestasi yang tepat dan memadai.Â
Objektivitas pada fenomena penelitian kemanusian E.D Hirsch interprestasi justru lebih memadai, dan dukungan pada analisis menggunakan data-data empirik. Disini bagi E.D Hirsch pentingnya kompetensi interprestasi melalui penjelasan Verstehen, maupun erklren menjelaskan teori interprestasi pada teks-teks. Â
Menurut  Hirsch, makna sebuah teks ditentukan oleh pengarangdan  memberikan "standar pembeda yang benar". Interpretasi makna verbal pada  teks ditampilkan adalah benar.  Makna verbal, disampaikan melalui simbol-simbol kebahasaan tertentu.
Konsep Menghilangkan Penulis. Dengan menggunakan common sense kita dapat memahami penulis maksudkan.  Dengan mengacu pada penulis  T.S. Eliot, Ezra Pound, Heidegger, dan Jung, termasuk dua  filsuf  American  Beardsley (the intentional fallacy), dan Wimsatt.
Karya sastra misalnya  semata-mata diluar dunia yang secara esensial bersifat independen dari pembacanya. Persepsi pembaca terpisah dari karyanya sendiri. Juga intensi pengarang dipisahkan secara tegas dari karya; karya berada dalam dirinya sendiri. Pada karya dalam dirinya ada dinamikanya, dan  kekuatan  atau disebut otonomi keberadan. Â
Tugasnya karya adalah usaha penetrasi terhadap eksistensinya melalui analisis tekstual. Pemisahan antara subjek dan objek, bersifat sangat aksiomatik dalam realism dijadikan fondasi kerangka filosofis  bagi literature.  Atau pendasaran pada pengalaman hermeneutis bersifat dialektis, dan ontologis sebagai peristiwa bahasa objektif. Kemudian memahami sesuai apa yang dikatakan sekarang.
Karya literature bukan objek yang dapat dimanipulasi oleh kita. Â Karya tersebut merupakan suara dimasa lalu, suara yag wajib dimasukkan dalam dinamika kehidupan. Atau semua teks sebenarnya berbicara masalah kehidupan. Namun demikian ada paradoks bahwa kepasrahan pada teks, dan pada sisi lain diperlakukan sebagai analisis. Â
Dengan memperlakukan demikian maka interprestasi adalah penyingkapan kebenaran, melibatkan factor moment estetis, dan menghasilkan melebihi skema subjek objek.Â
Maka semua teks berbentuk historis maka diperlukan kesadaran historis dalam Validity in Interpretation, kemudian menjembatani jarak tersebut melalui pengetahuan konseptual berbentuk kritik fenomenologi, sekaligus mengandaikan milik sendiri sebagai milik dengan yang lain.
Pemikiran  tentang In defense of the author. Walaupun Hirsch's memulai tujuan pada Validity in Interpretation memberikana suatu makna proses validitas interprestasi individu pada literary teks, namun Hirsch's  dengan jelas mencoba dan menghadapi Kritik baru pada argumentasi penting pada penulis dalam upaya interprestasi yang memadai.Â
Langkah terpenting adalah re-establishing sebagai evaluasi argumen interprestasi untuk penyangkalan argumentasi. Teks dimaknai sebagai kontelasi perubahan dan menentukan legitimasi semantic secara normative sudah memadai. Bagi Hirsch ada hal yang penting membedakan antara makna (meaning), dan signifikan". Meaning  adalah bentuk tanda representasi sebuah teks. Atau objek penanfsiran adalah makna tekstual dalam dan untuk dirinya sendiri.Â
Semenara  Significance, adalah hubungan antara makna dan person atau sebuah konsep, sebuah situasi, atau apapun yang dapat dipikirkan.  Ada dua hal penting dalam validitas interprestasi yakni makna dan kesadaran makna. Arti bahasa disebut arti atau makna (meaning), sedangkan arti sastra adalah arti dari arti (meaning of meaning) atau disebut makna (significance).
Metode Menghilangkan Penulis untuk menemukan makna tersembunyi.
Tidak  ada yang mengharuskan pembaca untuk menjadikan makna yang dimiliki pengarang sebagai gagasan standar. Konsep standar apa saja dalam  interpretasi menyatakan suatu pilihan yang dituntut bukan oleh hakikat naskah tertulis tersebut, melainkan oleh sasaran yang dibuat oleh pengarang.Â
Dengan hanya dibatasi oleh prinsip sharability (oleh apa yang dapat disampaikan naskah tersebut), teks apa  pun dapat diinterpretasi dengan tepat dalam bermacam-macam cara yang berbeda. Oleh karena itu, interpretasi teks akan menjadi sebuah disiplin ilmu, hanya jika pembaca mampu mendefinisikan makna verbal tersebut.
Makna teks berubah (sepanjang waktu), bahkan penulis mungkin sudah merevisi tulisannya. Penulis datang dengan pemikiran 30 buku pada saat menulis tulisannya, tentu berbeda dengan 100 buku topic yang sama  setelah 3 tahun kemudian. Maka apapun yang ditulis pengarang menjadi juga tidak relevan pada kekinian.Â
Artinya perubahan makna menjadi tidak masalah apa apa bagi penulis ketika pembaca mengkritik tulisan tersebut. Atau ada pergeseran waktu, maka makna pemahamanpun bergeser.
Tidak perlu apa yang penulis maksudkan, teks menjadi ontonom seperti apa yang dikatakan teks itu sendiri. Dibandingkan dengan penulis maka otonomi teks yang dimaksudkan maknanya atau teks dapat dipahami sebagai individu yang otonom terlepas dari penulisnya. Â Bisa diandaikan penulis ingin menyampaikan sesuatu namun kemampuan teknis atau kondisi social budaya memungkinkan tidak dapat dikatakan secara efektif pada maknanya.Â
Maka wajiblah teks dievalusi, dan bukan pada apa yang penulis telah lakukan. Niat evaluasi ini jelas dibutuhkan dalam tatanan ilmu, tetapi terlebih dahulu harus hati-hati dalam memahami maknanya dengan teliti sekali. Kompetensi kemampuan eksperimen pikiran jelas diperlukan.
Argumentasi lain E.D Hirsch adalah kita tidak akan pernah tahu apapun yang dimaksud penulis, karena kita bukan penulisnya. Artinya memahami teks menjadi tidak mungkin dilakukan dengan valid.  Maka cara yang ditempuh adalah menulis (tandingan) berupa  pertanyaan, atau sanggahan,  atau kritik pada makna-makna tulisan tersebut.Â
Atau memberikan makna pada tulisan yang bukan kita adalah tidak mungkin. Jikapun mungkin hal itu hanya bersifat probabilitas semata. Sekalipun kita tidak bisa masuk dalam batin dan kulit pengarang, namun mencoba merekonstruksikan adalah bersifat paradoks. Setiap teks memiliki makna, dan hubungan dengan cakrawala lain
Argumentasi selanjutnya adalah "penulis sering melakukan pemikiran (episteme) yang dia tidak tahu apa maknanya". Misalnya jika Kant tidak mengerti apa yang dimaksud Plato pada epstimologi. Tetapi Kant memahami Platon lebih baik dari Platon. Dia Kant lebih baik inilah menunjukkan bahwa penulis (Platon) sering melakukan pemikiran (episteme) yang dia tidak tahu apa maknanya". Artinya makna bawah sadar dapat dipastikan terjadi dalam diri penulis. Atau kemampuan Genre pada makna keseluruhan, gagasan tentang komponen makna yang lebih baik dan otentik. ****
Daftar Pustaka: E.D. Hirch., 1967., Validity in Interpretation., Yale University Press.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H