Manusia wajib belajar, dan mengajarkan sebagai proses dialektika warna hitam dan putih, menghasilkan sintesis (moral) bisa menerima kelebihan, dan kekurangan sesama dengan bijaksana (virtue). Atau saya sebut sebagai proses peleburan horizon manusia, dan horizon sejarah. Dengan sikap ini memungkinkan kita memiliki sikap tolerenasi, menghormati, dan menghargai makna hidup yang sulit terdefinisikan.
Akhirnya apapun kekayaan bangsa ini, dapat dijadikan sebagai media  pendidikan. Hal ini dimungkinkan karena saya tidak menemukan system Lyceum atau Pendidikan Sekolah Formal di zaman Wangsa Sanjaya, maupun kerajaan nusantara.
Diharapkan dengan memaknai simbol alam: air, angin, api, dan tanah memungkinkan manusia paham hukum alam atau kitab alam dengan segala sifat determenismenya mempengaruhi jagat alit. Maka Prasasti Tukmas adalah pakem ilmu wangsa angin tanah Utara (00) atau di sebut True North atau utara sebenarnya.***)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H