Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Trans-Substansi Prasasti Tuk Mas

30 Maret 2018   20:47 Diperbarui: 31 Maret 2018   11:33 1648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bermula dari teratai yang gemerlapan; dari sini memancarlah sumber air yang mensucikan, air memancar keluar dari sela-sela batu dan pasir; di tempat lain memancar pula air sejuk dan keramat seperti (sungai) Gangga.

Disamping tulisan, prasasti memuat gambar roda (cakra), teratai (padma), nyala api, denah bangunan Gambar yang dapat diidentifikasi merujuk pada laksana (tanda khusus) yang digunakan dinasti  Siwa (Wangsa Sanjaya).

Berikut ini adalah makna trans-substansi narasi Prasasti Tukmas, sebagai rangkuman hasil penelitian saya:

  1. Posisi Prasasti Tukmas,  Lereng Gunung Merbabu Jawa Tengah Bagian utara (lor, Ler). Dengan memaknai bahwa gunung sungai lembah adalah simbol alam semesta atau jagat Agung, maka makna Utara Merbabu (Lor, Ler) menjadi penting untuk di interprestasikan. Konsep Utara Merbabu atau arah mata angin menunjukkan pada (Siti artinya Tanah), dan Hinggil (artinya Tinggi) atau dimaknai sebagai Lor Siti Hanggil.

    Makna ini ditranformasi dalam Kraton Jogja, dan Solo yang berasal dari makna tanda alam, harmoni, dan keselarasan (daya otentik alam angin Utara). Fungsi dan kedudukan Lor Siti Hanggil sebagai Siti Hinggil Ler atau baliurang Utara, atau disebut kencana (emas, mutiara, megah, mewah). Dan makna Bangsal dapat dipakai sebagai   baliurang atau auditorium alam semesta yang ada secara mandiri pada diri kosmis Merbabu Utara (Siti Hanggil).

  2. Daya  kosmis Merbabu Utara (Siti Hanggil), memiliki makana tafsir semiotika sebagai perwujudaan (Jawi Kuna artinya Kori Wijil), atau kori (pintu), dan wijil (bibit, biji) asal usul atau keluar lahir. Maka Kori Wijil sebagai metafora jagat cilik (manusia) berposes menjadi manusia yang mendapatkan jati dirinya mencapai keselamtan, dan kesempurnaan hidup.

    Melepaskan sikap sombong manusia, dan mengajarkan manusia mencintai hidup (mengeluarkan air mas atau disebut Tuk Mas). Manusia sewajarnya harus berpartisipasi menyerupai buana Agung mengajari pemeliharaan, dan ke-selamat-an atau makna pintu sebagai akses masuk dalam tatanan weruh wikan nya manusia. Setiap pintu dipastikan ada satpam atau penjaga, dimaknai bahwa sifat-sifat kejelekan harus disensor atau edit (Siwa) tidak boleh masuk dalam peradaban manusia Jawi Kuna era Wangsa Sanjaya.

  3. Tafsir Kori Wijil sebagai pintu keluar masuk manusia yang harus di cek jiwa rasionalnya untuk menghasilkan sifat (lihat teori psikologi warna emas  kuning) atau sifat Ugaharinya manusia. Emas adalah simbol martabat kekayaan, kebaikan, dan keindahan manusia.  Maka ketika Presiden Pertama Soekarno di lantik menjadi Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) meminjam pintu Merbabu Utara (Siti Hanggil).  Presiden Soekarno meminta dilantik di  Utara (Siti Hanggil) Kraton Jogjakarta 17 Desember 1949.

    Sebuah kemampuan  pemahaman metafisik yang mumpuni, atau kemampuan meniru (memesis) Siti Hanggil Merbabu menciptakan  cita-cita Indonesia Emas.   Demikian juga pembukaan kampus UGM  diresmikan dengan meniru (memesis) Siti Hanggil Merbabu di tarnsformasikan menjadi wujud visible di Utara (Siti Hanggil) Kraton Jogjakarta pada tanggal 19 Desember 1949.

  4. Tuk Mas adalah wujud wangsit (petunjuk alam)  Dialekika antara air dan emas,  dapat dimaknai sebagai metafora proses manusia mencari  Tirta Amerta (tirta suci) dalam narasi serat dewa ruci atau prinsip tindakan (moral). Proses mengenal  diri manusia untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia emas. Maka pada Prasasti Tuk mas maka  air  itu bisa dilihat indrawi, sumber kehidupan, mampu menyerap cahaya matahari kebaikan.

    Sedangkan emas tidak terdapat sekeliling Prasasti, dan tak dapat dilihat, adalah simbol alam idea (jiwa) manusia. Emas proses seleksi manusia membersihkan diri, atau pertempuran jiwa manusia rasional manusia dengan irasional, menuju Manunggaling  Kawula Gusti  (hasil sinetesis air, dan emas atau dwitunggal semacam roroning atunggal), simbol puncak manusia Jawi Kuna pra Mataram. Atau dialektika antara yang sensible menuju invisible atau saya sebut sejatining urip.

    Hanya dengan cara ini memungkinkan adanya pancoran air atau memancarkan sifat Tuhan keluar dari diri manusia dalam tindakan hidupnya. Kata Kawula adalah Jiwa rasional ugahari yang menuntun hidup manusia.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
    Lihat Travel Story Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun