Setiap orang adalah seorang filsuf, merenungkan makna hidup dengan caranya sendiri.
Pernahkah Anda melihat seseorang duduk termenung di tempat yang tak biasa? Di tengah hiruk pikuk kota, di mana semua orang sibuk mengejar mimpi dan tujuannya, ada sosok yang memilih untuk berhenti sejenak.Â
Seperti yang saya lihat kemarin sore, di depan Tugu Cinta Damai Tanjung Selor, seorang pria paruh baya memilih rumput sebagai kursinya, memandang jauh ke jalanan.
Matahari mulai merunduk, menyisakan semburat jingga di langit. Di tengah keramaian lalu lalang kendaraan dan aktivitas warga, sosok pria itu begitu mencolok. Rambutnya yang mulai memutih dan pakaiannya yang sederhana seakan menyatu dengan warna rumput. Tatapannya kosong, seolah sedang berbicara dengan dirinya sendiri.
Siapa dia?Â
Apa yang sedang ia pikirkan?
Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di benak saya. Sebagai manusia biasa, kita seringkali tergoda untuk menilai orang lain berdasarkan penampilan atau tindakannya. Kita mungkin berpikir,Â
"Kenapa dia duduk di sana? Bukankah itu memalukan?"
Namun, benarkah kita berhak untuk menghakimi? Mungkin saja pria itu sedang mengalami masalah yang berat. Mungkin ia sedang kehilangan seseorang yang dicintai, atau sedang berjuang dengan masalah kesehatan. Atau mungkin, ia hanya butuh waktu untuk sekedar merenung dan mencari ketenangan di tengah kebisingan kota.
Di balik penampilan yang sederhana dan tindakan yang dianggap aneh, bisa jadi tersimpan kisah hidup yang penuh perjuangan dan air mata. Kita tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam hati seseorang.