Eksplorasi Tradisi Telinga Panjang
Dorongan untuk mengeksplor lebih lanjut muncul ketika penulis berbincang-bincang dengan Ino, salah satu pendamping Desa Merapun yang menceritakan tentang perkampungan Dayak Kenyah yang mempertahankan adat istiadat dan memiliki balai adat yang masih kokoh.Â
Dengan semangat, penulis memutuskan untuk menelusuri keajaiban Desa Long Beliu, yang hanya berjarak 6 km dengan waktu tempuh berkisar 15-30 menit menggunakan sepeda motor dari Kantor Camat Kelay.
Meskipun disarankan untuk tidak berjalan kaki karena jarak yang cukup jauh, penulis tetap bersikeras untuk merasakan pengalaman berjalan kaki.Â
Dalam perjalanan ini, penulis dihampiri oleh seorang bapak gemuk yang ramah, menawarkan tumpangan dengan sepeda motornya.Â
Tiba di gapura Desa Long Beliu, penulis tak bisa menahan diri untuk mengabadikan keindahan gapura ukiran Dayak yang begitu megah dan meminta bapak itu untuk meninggalkan penulis.
Namun, perjalanan masih panjang, dan seorang anak muda ramah membantu penulis mencapai perkampungan. Dengan penuh kebaikan, dia menanyakan tujuan penulis yang ingin melihat desa, mengabadikan momen melalui kamera, dan menjelajahi balai adat.
Keindahan Balai Adat
Tiba di balai adat, kekaguman penulis terpancar melihat rumah Lamin adat Dayak yang terjaga kebersihannya. Salah satu warga, anak muda yang ramah, dengan senang hati membantu penulis untuk berfoto di balai adat yang begitu indah.Â
Keunikan Desa Long Beliu tidak hanya terletak pada keindahan fisiknya, tetapi juga pada keramahan warganya. Para ibu yang baru saja pulang dari ladang, dengan khas topi Dayak, menyambut penulis dengan ramah.