Mohon tunggu...
Oktavian Balang
Oktavian Balang Mohon Tunggu... Jurnalis - Kalimantan Utara

Mendengar, memikir, dan mengamati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Eksplorasi Tradisi Kuno Telinga Panjang di Long Beliu, Kalimantan Timur

30 Juli 2024   10:35 Diperbarui: 1 Agustus 2024   06:16 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Telinga Panjang di Long Beliu | Dokumentasi Pribadi

Pertemuan dengan Nenek Julan

Namun, perjalanan ini tidak berhenti sampai di situ. Di tengah perjalanan, penulis melihat seorang nenek yang mempertahankan tradisi telinga panjang, menciptakan keinginan untuk mendokumentasikan dan menggali lebih dalam ceritanya. 

Di teras rumah, penulis melihat Nenek Julan bersantai dengan dua pria, satu di antaranya berusia muda dengan tubuh penuh tato, sedangkan yang lain berusia sekitar 40 tahun. Mereka menyambut penulis dengan ramah, memberikan izin untuk berfoto bersama Nenek Julan.

Julan sedang bersantai dengan cucu | Dokumentasi Pribadi
Julan sedang bersantai dengan cucu | Dokumentasi Pribadi

Dalam keheningan desa, suara lembut Nenek Julan mengalun, meskipun tidak selalu jelas dalam setiap kata yang diucapkannya. Penulis, terdorong oleh rasa ingin tahu, memutuskan untuk mencari pemahaman lebih lanjut melalui salah satu anak Nenek Julan, yang akrab disapa Apuy.

Menyingkap Cerita Nenek Moyang

Apuy menceritakan bahwa tato bergaris tiga merupakan simbol keturunan bangsawan. Beberapa tato mungkin polos, sementara yang lain memiliki satu garis. Nenek Julan mengenang masa ketika orang asing sering datang ke desa mereka, namun kini, tradisi ini mulai pudar.

Melalui cerita-cerita seperti yang disampaikan oleh Apuy, kita dapat memahami bagaimana tradisi telinga panjang dan tato ini merupakan bagian integral dari identitas dan sejarah masyarakat Dayak. Tradisi ini tidak hanya tentang fisik, tetapi juga tentang narasi dan warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan.

Jejak Terakhir Telinga Panjang di Desa Long Beliu ini mengingatkan kita akan pentingnya melestarikan warisan budaya dan menghormati tradisi yang telah menjadi bagian dari identitas masyarakat. 

Di tengah arus modernisasi, kisah-kisah seperti ini memberikan kita pandangan yang lebih dalam tentang kekayaan budaya dan sejarah yang kita miliki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun