Mohon tunggu...
Oktavian Balang
Oktavian Balang Mohon Tunggu... Jurnalis - Kalimantan Utara

Mendengar, memikir, dan mengamati

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Kratom di Indonesia: Peluang Ekonomi atau Ancaman?

24 Juli 2024   14:54 Diperbarui: 25 Juli 2024   13:04 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Daun Kratom (Dokumen pribadi)

Namun siapa sangka daun kratom banyak dibudidayakan di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Barat. Data Dinas Koperasi, UKM, dan Perdagangan Kapuas Hulu (2020) menunjukkan terdapat 18.120 petani kratom dengan luas lahan 11.225 hektar yang tersebar di 22 kecamatan dengan jumlah batang pohon sekitar 44.491.319 buah.

Hal tersebut dilatarbelakangi oleh harga karet yang jatuh. Situasi tersebut memaksa para petani beralih menjadi petani kratom lantaran memiliki kandungan ekonomis sehingga masyarakat menggantungkan hidupnya pada tanaman tersebut.

Diketahui, 1 kg daun kratom dihargai Rp 2.000. Jika dalam satu hari petani berhasil mengumpulkan 50 kg per hari, maka penghasilan yang didapatkan sebanyak Rp 100.000 per hari.

Sedangkan daun remahan dijual secara bervariasi sekitar Rp 12.000 hingga Rp 35.000. Sedangkan bubuk kratom yang siap ekspor mencapai US$ 15/kg atau senilai Rp 240.000. Berdasarkan data BPS 2023, ekspor bubuk kratom meningkat setiap tahunnya sebesar 7.695,07 ton senilai US$ 16,6 juta.

Jika pemerintah Indonesia memberikan dukungan resmi terhadap budidaya dan penggunaan kratom, maka dapat membuka peluang investasi baru dan menciptakan lapangan kerja yang berdampak terhadap stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat daerah penghasil kratom.

Tak hanya itu, Indonesia dapat memanfaatkan pasar ekspor kratom yang besar kepada negara yang melegalkan penggunaannya, tentu meningkatkan pendapatan negara dari ekspor produk pertanian tersebut.

Bagaimana Pandangan Pengguna Kratom?

Berbeda dari pandangan BNN dan BRIN yang menilai kratom merupakan tanaman berbahaya, Rimba (bukan nama sebenarnya) menganggap penggunaan kratom dalam dosis besar tidak mempengaruhi ketergantungan maupun efek lainnya.

Rimba merupakan penderita tekanan darah tinggi dan asam urat, serta aktivitas padat yang membuat ia kerap kelelahan. Ia mengenal kratom dari seorang sahabatnya yang berada di Kalimantan Barat. Ia telah menggunakan kratom sejak 7 tahun silam.

"Tensi jadi normal, asam urat dan rasa lelah yang saya alami hilang," ucap Rimba.

Efek kratom yang dirasakan mulai diceritakan dan diperkenalkan kepada sejumlah kerabat dan rekan kerjanya. Kabar tersebut disambut baik kerabat maupun rekan kerjanya. Penggunaannya bukan untuk rekreasi melainkan pengobatan. Rimba menjelaskan, penggunaan kratom layaknya membuat kopi, harganya pun terjangkau mulai Rp 165.000-Rp 175.000 per kg.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun