Mohon tunggu...
Baladewa Arjuna
Baladewa Arjuna Mohon Tunggu... -

Think....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

‘Jesus for Atheists’ (3)

2 Januari 2016   19:40 Diperbarui: 3 Januari 2016   19:58 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bila gelap adalah ‘ketidak-hadiran cahaya’ maka Neraka adalah ‘ketidak-hadiran Allah secara absolut.’ (Neraka adalah istilah Alkitab untuk ‘ketiadaan dari sang Absolut Allah’ – ketidak-hadiran dari sang Sumber Kebenaran, Keadilan dan Kasih Absolut).

Neraka adalah tempat dimana kebenaran dan kebaikan absolut menjadi nihil – suatu dunia dimana tiap individu di dalamnya ingin menjadi allah atas dirinya sendiri. Dan karena itu adalah nihil, maka dengan demikian BENAR tidak lagi sebagai BENAR yang absolut tetapi bergantung penilaian setiap individu itu. Individu atau kelompoknyalah yang mendefinisikan kebenaran dan kebaikan moral. Ini adalah suatu dunia yang disebut oleh Dostoevsky sebagai dunia "serba boleh” (‘If there is no God, everything is permitted.’Fyodor Dostoevsky) dan yang di jargonkan oleh Sartre (‘It is forbidden to forbid’Jean-Paul Sartre).

Neraka bukanlah tempat penyiksaan Tuhan, karena Allah yang Mahabaik tidaklah menyiksa; tetapi mungkin tempat itu adalah tempat penuh penderitaan, karena sangAbsolut Sumber Kebaikan dan Sumber Keadilan tidak bersedia untuk hadir di tempat yang seperti itu. Di tempat ini, semua selfish gene yang ingin menjadi tu(h)an atas dirinya masing-masing, akan mendapatkan kepenuhan ekspresinya. Disini kita akan memiliki banyak tuhan-selfish-gene tetapi tidak ada yang absolut.

Sekarang, perhatikan pandangan seorang Jeffrey Dahmer – pembunuh berantai 17 jiwa, yang berhubungan sexual dengan para korbannya ketika mereka telah menjadi mayat, bahkan memakan daging mereka – sebagai bukti betapa benarnya apa yang dikatakan oleh Dostoevsky. Simak Jeffrey Dahmer:

If a person doesn’t think there is a God to be accountable to, then—then what's the point of trying to modify your behaviour to keep it within acceptable ranges? That's how I thought anyway. I always believed the theory of evolution as truth, that we all just came from the slime. When we, when we died, you know, that was it, there is NOTHING ...” (In an interview with Stone Phillips, Dateline NBC - 29 November 1994).

Coba lihat, Siapa yang bisa menyangkalnya? Bukankah perilaku dan pandangan dari Jeffrey Dahmer ini adalah persis seperti yang digambarkan oleh Dawkins:

DNA neither cares nor knows. DNA just is. And we dance to its music.” (Dawkins).

Jeffrey Dahmer sedang berdansa dan menari dengan musik dari gen nafsu-nya sendiri, dan tidak ada satu orangpun yang bisa mengadilinya dengan dalil bahwa perbuatannya itu benar-benar salah, bila mendasarkan diri pada filosofi naturalisme semata.

Oleh karena itu, misi Yesus adalah membalikkan nature keberdosaan (selfish gene) manusia yang mengerikan itu: dari gambar dan rupa Adam yang telah jatuh berdosa (Kejadian 5.3) – ke dalam bentuknya kembali yang asali: gambar dan rupa Allah yang kudus (Kejadian 1.26). Bahwa manusia yang telah ditebus memiliki kuasa atas selfish gene-nya, sambil terus mengingatkan bahwa hidup tidaklah berakhir di kuburan dan akan ada pengadilan yang adil oleh diriNya atas semua manusia pada saatnya kelak.

Dengan kematianNya di kayu salib, Yesus memberikan KESEMPATAN KEDUA pada umat manusia. Kekristenan bukanlah soal agama tetapi tentang pemberian kesempatan kedua. Sebab manusia kini tidak akan diadili lagi oleh hukum dosa dan maut, tetapi oleh Yesus sendiri berdasarkan kehendak bebas manusia.

Karena bila diadili oleh hukum dosa dan maut, tidak ada satu orangpun yang akan sanggup untuk lolos. Semua orang akan terbukti berdosa dan semua orang akan binasa. Bila Yesus telah menebus dosa, dan menjadi Hakimnya, ada kesempatan untuk mendapatkan rakhmatNya – kesempatan berikutnya. Kesempatan kedua itu harus dijalani dan dibuktikan pada saat ini oleh tiap-tiap orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun