Awalnya saya membiarkan, karena memang tidak terjadi apa-apa. Sampai suatu hari Mba LS datang lagi menawarkan buka puasa gratis lagi. Kami yang mulai curiga segera lapor ke pengasuh 1 pesantren. Saat melapor kami sempat dimarahi karena ini sudah kejadian yang kedua kalinya. Pengasuh 1 akhirnya menyuruh kami untuk segera melapor ke pengasuh 2. Saat melapor ke pengasuh 2 kami di marahi, diceramahi, sampai akhirnya diceritakan siapa Mba LS sebenarnya.
" LS itu masih kerabat pondok, dia putri saudara saya. LS kuliah di luar kota, sejak saat itulah dia berubah menjadi pengikut aliran radikal. Dia menentang keluarganya, bahkan ibu bapaknya sendiri. Ingin berdiri sendiri, menjadi keras dan bisa dikatakan memusuhi negara. Tujuan dia tidak lain adalah ingin mengajak orang lain masuk alirannya untuk mendiikan negara islam, sasarannya kali ini adalah santri. Karena santri disini cukup banyak, jika satu saja teracuni maka yang lain lama kelamaan akan ikut juga." Tutur beliau.
Setelah itu, pihak pengasuh dan beberapa tokoh menggagalkan aksi tersebut . hingga akhirnya sekarang kedai tersebut vakum dan tutup.
Semoga setelah membaca cerita saya, sahabat akan lebih berhati-hati . Karena tak-tik radikal semakin kreatif dan tanpa sadar bisa mempengaruhi kita dengan mudah. Perdalam ilmu agama, perkuat iman, jangan mudah terpengaruh dan selalu berpikiran positif. Berlomba-lombalah dalam segala kebaikan, bukan berlomba-lomba untuk saling menghancurkan.Â
Salam Damai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H