Mohon tunggu...
Baity Dinar
Baity Dinar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya bermain kata atau membuat puisi kecil-kecilan sebagai realisasi perasaan saya yang mungkin tidak bisa saya ungkapkan pada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Analisis Kajian Ekspresif Ekranisasi Novel 172 Days Karya Nadzira Shafa

18 Mei 2024   03:47 Diperbarui: 18 Mei 2024   03:54 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Untuk mengkaji suatu novel, Abrams dalam buku The Mirror and The Lamp: Romantic Theory and the Critical Tradition. (1976) menyatakan bahwa pendekatan yang digunakan untuk menganalisis karya sastra dapat dibedakan menjadi 4, yaitu mimetik, ekspresif, objektif, dan pragmatik. Pendekatan mimetik yaitu pendekatan yang bertujuan untuk menjabarkan hubungan karya sastra dengan kehidupan nyata. Pendekatan ekspresif yaitu pendekatan yang bertujuan untuk menjabarkan hubungan antara karya sastra dengan penulis. Pendekatan objektif yaitu pendekatan yang bertujuan untuk menjabarkan hubungan karya sastra dengan unsur pembangunnya. Pendekatan pragmatik yaitu pendekatan yang menjabarkan tentang hubungan karya sastra dengan pembacanya. Pendekatan ekspresif merupakan pendekatan yang fokus dengan kehidupan penulis/pengarangnya. Pendekatan ekspresif menganggap sebuah karya sastra adalah karangan yang unik dari sang penulis. Pendekatan ini juga menganggap bahwa karya sastra merupakan sebuah cerminan kehidupan yang telah dilalui oleh pengarang. Melalui pendekatan ini, kita dapat lebih memahami bagaimana latar belakang, pengalaman, dan pandangan hidup penulis mempengaruhi karya yang dihasilkan. Dengan memahami berbagai pendekatan dalam analisis karya sastra, khususnya pendekatan ekspresif, kita dapat menggali lebih dalam makna yang terkandung dalam sebuah novel. Pendekatan ini memungkinkan kita untuk melihat bagaimana pengalaman pribadi penulis, latar belakang budaya, serta kondisi sosial dan politik pada masa hidupnya mempengaruhi narasi dan karakter dalam novel. Hal ini penting karena karya sastra tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai cermin yang merefleksikan realitas kehidupan dan menyampaikan pesan moral serta nilai-nilai yang relevan dengan kehidupan pembaca. Melalui analisis yang mendalam, kita dapat menghargai kekayaan dan kompleksitas sebuah novel serta memperoleh wawasan yang lebih luas tentang kehidupan dan kemanusiaan.

1. SINOPSIS 

Novel yang berjudul 172 Days karya Nadzira Shafa merupakan novel yang menceritakan tentang gadis bernama Nadzira Shafa yang berhijrah untuk kehidupannya yang lebih baik. Selama berhijrah, Nadzira beberapa kali mengikuti majelis serta mempelajari ilmu agama. Ketika ia sedang menghadiri majlis di masjid Az-Zikra ia bertemu dengan ustadz yang bernama Muhammad Amer Adz-Dzikro yang merupakan putra dari Ustadz Arifin Ilham. Awal pertemuan inilah yang menjadikan keduanya memutuskan untuk taaruf. Jarak antara lamaran dan pernikahan antara Nadzira dan Amer hanya 3 minggu. Amer adalah suami yang paham tentang agama, jadi ia siap untuk membimbing istrinya untuk istiqomah berada di jalan Allah. Setelah pernikahan tersebut terlaksana, keharmonisan selalu menyelimuti hari-hari mereka hingga 172 hari lamanya. Hingga suatu ketika Amer jatuh sakit dan mengharuskan Nadzira untuk merawat suaminya yang tengah lemas di ranjang rumah sakit. Nadzira selalu menemani suaminya yang sedang sakit hingga pada akhirnya nyawa Amer tidak mampu diselamatkan oleh dokter yang menanganinya. Nadzira yang kehilangan suaminya pasti bersedih hingga suatu ketika, ia memutuskan untuk menulis sebuah novel yang berjudul 172 Days.

2. Analisis Novel 172 Days

Dalam "172 Days", pengarang secara terbuka mengeksplorasi pengalaman pribadinya dengan kejujuran yang tulus. Penggunaan sudut pandang orang pertama ("aku") memungkinkan pembaca untuk masuk ke dalam pikiran dan perasaan Nadzira Shafa sendiri, menciptakan kedekatan emosional yang kuat antara pembaca dan narator. Pemaparan pengarang terhadap dirinya sendiri sebagai sosok yang sabar, setia, dan taat beragama menciptakan gambaran karakter yang kaya dan kompleks, yang secara efektif memperdalam pemahaman pembaca tentang latar belakang dan motivasi pengarang. Selain itu, penggambaran yang diberikan terhadap tokoh suami, Amer, sebagai sosok yang berwibawa dan penyayang, menambah dimensi emosional dalam cerita dan menggambarkan dinamika hubungan antara dua karakter utama dengan lebih mendalam. Ketidakubahannya dalam menggunakan identitas nama tokoh-tokoh, termasuk dirinya sendiri, menunjukkan ketulusan dan kejujuran pengarang dalam menceritakan kisahnya, serta menghindari kesan fiksi yang dibuat-buat. Melalui penggunaan narasi yang terbuka dan jujur, "172 Days" tidak hanya menjadi kisah inspiratif tentang perjalanan hidup seorang wanita, tetapi juga menyampaikan pesan tentang kekuatan kesabaran, keteguhan iman, dan cinta yang mendalam.

Analisis tokoh Nadzira atau Zira

Kutipan 1

Kami sama-sama berusaha netral walau sangat berat. Sampai akhirnya aku mengalami hal menyakitkan ini, tapi aku tidak menyalahkan siapapun karena memang musibah dan mungkin ini cara Allah untuk lebih mengokohkan pundakku dan pundak suamiku. (Halaman 107)

Pada kutipan ini ada ketika Nadzira mengalami keguguran dengan usia kandungan 2 minggu. Hatinya sangat hancur ketika melihat darah yang mulai merembes pada kakinya. Kesabaran Nadzira sangat luas, meskipun di awal ia sempat menangis, namun penguat dari suaminya juga ia menjadi sabar. Kutipan tersebut membuktikan bahwa ekspresi Nadzira pada saat kejadian tersebut telah digambarkan secara jelas. Ekspresi yang digambarkan oleh Nadzira pada kutipan ini, yaitu adanya rasa kesabaran.

Kutipan 2

Entah aku sangat cemas namun aku harus selalu positif. Aku berjalan di lorong, lalu menunggu di ruang khusus untuk menunggu. Aku menelepon umi serta kakak-kakakku kalau bang Amer masuk ICU dan aku meminta doa untuk bang Amer semua kaget dan menguatkanku. Aku menelepon sahabat-sahabatku juga untuk meminta doa agar bang Amer dapat kembali sehat lagi. (Halaman 215)

Dalam kutipan kedua ini, Nadzira menunggu bang Amer yang baru saja masuk ke ruangan ICU. Gambaran ekspresi khawatir dari Nadzira terpampang jelas dengan kutipan yang dijelaskan di dalam novel. Ketika Nadzira menghubungi orang-orang terdekatnya juga merupakan sebuah sikap dari kebiasaan atau hubungan Nadzira dengan orang-orang tersebut terjalin baik. Sehingga, di dalam novel digambarkan betapa khawatir atau cemasnya sebagai tokoh Nadzira pada saat kejadian tersebut berlangsung. Di dalam novel juga di kehidupan nyata juga dijelaskan bahwa pasangan ini suka bersilaturahmi kepada teman juga guru-guru dan orang yang pandai beragama, sehingga kutipan yang berada di novel ini memiliki keterkaitan jika Nadzira memang dekat dengan orang-orang tersebut.

Kutipan 3

Barisan mobil beriringan mengantar kepulangan bang Amer. Ratusan bahkan ribuan orang menyolatkan bang Amer. Hari ini hari pemakamannya. Aku hanya bisa duduk terdiam di depan pusaran makam aku menatap kosong pada batu nisannya. Sampai saat ini aku masih tak percaya, masih mengira ini mimpi namun mengapa begitu sangat menyakitkan. (Halaman 228)

Dalam kutipan ketiga adalah hari bang Amer yang telah meninggal akan dikebumikan. Gambaran Nadzira pada kutipan ini sangat bisa dirasakan, pengarang menjelaskan ketabahan Nadzira yang ditinggalkan oleh sang suami yang ia cintai. Dalam kutipan tersebut digambarkan secara jelas Nadzira masih tidak menyangka dengan peristiwa yang menimpanya. Meskipun kesedihan nampak pada kutipan tersebut, terselio sebuah keikhlaskan dan ketabahan yang ada di dalam novel.

Ketiga kutipan tersebut merupakan salah satu ekspresi sabar, khawatir, dan tabah Nadzira atau Zira ketika mendapati sebuah musibah besar yang ada di hidupnya.

 

Analisis tokoh Amer atau Bang Amer

Kutipan 1

Aku makin semangat karena ada dia di sampingku. Dia suamiku yang sibuk memegangi sepatuku, karena dia tahu kalau aku sudah tidak nyaman menggunakannya. (Halaman 15)

Kutipan pertama merupakan sebuah kutipan ketika Amer dan Nadzira menikah pada sesi foto. Bukti perhatian Amer dibuktikan secara jelas kepada Nadzira dengan cara membawakan sepatu milik istrinya ketika Nadzira sudah tidak nyaman menggunakannya. Kepekaan Amer dalam kutipan tersebut merupakan wujud dari kepedulian serta rasa sayang terhadap istrinya. Pendekatan ekspresif sangat sesuai jika digunakan untuk mengkaji novel ini. Pesan-pesan melalui ekspresi dari tokoh Amer sangat jelas tergambar.

Kutipan 2

Bang Amer selalu mendoakan semua orang yang menyayanginya dan selalu berdoa untuk semua keselamatan saudara muslim kita yang mungkin sedang menderita di luar sana. Setelah berdoa yang cukup Panjang, akhirnya kami mengaji surah Al-Mulk bersama. (Halaman 29)

Kutipan yang kedua merupakan sebuah kutipan ketika Amer dan Nadzira selesai melaksanakan sholat magrib. Pada kutipan yang kedua, penggambaran ekspresi Amer yaitu sifatnya yang penuh kepedulian dan adanya rasa sayang terhadap orang-orang di sekitarnya. Hal tersebut dibuktikan ketika Amer tengah berdoa setelah melaksanakan sholat magrib bersama istrinya. Ekspresi yang ada pada saat itu yaitu perhatian dan rasa sayang yang muncul pada kutipan tersebut.

Kutipan 3

"Zira gak makan?" Tanya bang Amer sambil mengambil air mineral gelas di tangannya. (Halaman 85)

Kutipan ketiga merupakan kutipan ketika Amer melamar Zira di rumah Umi yang ada di Banten. Lamaran tersebut terjadi di bulan Ramadhan dan kutipan tersebut muncul ketika mereka sedang berbuka puasa. Rasa keingintahuan Amer kepada Zira yaitu menanyakan makan, walau sebenarnya, tersirat makna bahwa terdapat ekspresi perhatian dari Amer kepada Zira. Ketiga kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa watak dari Amer yang digambarkan oleh pengarang yaitu, pengertian dan penyayang. Namun jika diulik lebih dalam, maka akan lebih banyak lagi watak Amer yang digambarkan oleh Zira. Dari ketiga kutipan diatas, penggambaran tokoh Amer yang dijelaskan oleh pengarang yaitu sifatnya yang perhatian dan penyayang terhadap orang-orang ada di sekitarnya.

Kutipan 4

"Amer gak mau maksiat, Amer gak mau berzina dan pacaran, karena amer lemah iman dan Amer ingin selamat, Amer datang ke sini untuk melamar Nadzira." Ucapnya lagi dengan yakin. Disambut haru dan sangat indah malam ini. (Halaman 87)

Kutipan keempat merupakan bukti bahwa pengarang menggambarkan ekspresi serta watak yang ada pada tokoh Amer yaitu berwibawa dan terdapat keimanan yang dibuktikan dengan jelas pada kutipan tersebut. Keimanan yang digambarkan pada tokoh Amer dalam novel tersebut sesuai dengan kehidupan pribadi amir pada kehidupan nyata, yaitu sebagai ustadz.

3. Perbedaan cerita di dalam novel "172 Days" dengan film "172 Days"

Terdapat perbedaan yang sangat jelas antara novel dengan film tersebut.

a. Dari segi alur yang digunakan film "172 Days" yaitu menggunakan alur maju. Dalam film dijelaskan ketika gadis yang bernama Nadzira tersebut masih belum berhijrah hingga ia sudah berhijrah, menikah, dan ditinggalkan oleh suaminya untuk selama-lamanya yang diceritakan urut dalam setiap kejadian tanpa Kembali menceritakan masa lalu. Sedangkan alur yang digunakan oleh Novel yaitu alur campuran, maka di dalam novel tersebut menceritakan ketika pernikahan antara Nadzira dan Amer terlebih dahulu kemudian kembali ke masa lalu untuk menceritakan Nadzira yang belum berhijrah dan saat-saat Nadzira akhirnya bertemu dengan Amer.

b. Terdapat perbedaan hadiah yang diberikan Amer kepada Nadzira ketika di novel dan di film. Di dalam novel, ketika Amer jatuh sakit, ia menyuruh Nadzira untuk pulang beristirahat. Ketika Nadzira sampai di rumah dan masuk ke dalam kamar, ia terkejut karena di atas ranjang sudah ada hadiah boneka beruang besar. Sedangkan yang ada di dalam film, boneka yang dihadiahkan untuk Nadzira adalah boneka durian.

c. Di dalam novel tidak diceritakan Amer tidak menyukai durian, tidak ditemukan juga kutipan yang mengatakan bahwa Amer berjanji jika sembuh akan makan durian. Sedangkan yang ada di film, terdapat adegan yang menjelaskan bahwa Amer tidak suka durian dan berjanji jika ia sembuh, ia akan memakan durian bersama dengan istrinya.

d.     Di dalam novel, teman Nadzira saat belum berhijrah tidak dicantumkan, serta tidak ada kutipan yang menjelaskan bahwa Nadzira memiliki teman. Sedangkan di dalam film terdapat beberapa kali teman Nadzira muncul dalam adegan ketika Nadzira dan Amer pergi berbelanja membeli kebutuhan sehari-hari, serta ketika temannya tersebut ingin bunuh diri akibat hamil dan pacarnya tidak mau bertanggung jawab yang akhirnya diselamatkan oleh Nadzira dan Amer.

4. Keunggulan dan kelemahan novel dan film "172 Days"

a.Keunggulan Novel "172 Days"

Novel ini banyak mengandung nilai keagamaan, serta tata bahasa yang sangat ringan, sehingga mudah untuk dipahami. Masalah remaja tentang pergaulan bebas, kemudian berhijrah bukan perihal yang mudah. Novel ini berhasil menceritakan cara dan usaha tokoh Nadzira dalam berhijrah ke jalan yang benar memberikan pesan kepada pembaca nilai kehidupan. Emosi yang ada di setiap lembar ceritanya sangat membuat pembaca merasakan apa yang dirasakan pengarang.

b.Kelemahan Novel "172 Days"

Novel ini terlalu sederhana karena setiap masalah kurang disajikan secara kompleks. Hal ini akan mempengaruhi perasaaan yang diterima oleh pembaca. 

c.Keunggulan film "172 Days"

Hampir sama dengan kelebihan novelnya, film ini mengandung nilai keagamaan, serta tata bahasa yang sangat ringan, sehingga mudah untuk dipahami. Masalah remaja tentang pergaulan bebas, kemudian berhijrah bukan perihal yang mudah. Novel ini berhasil menceritakan cara dan usaha tokoh Nadzira dalam berhijrah ke jalan yang benar memberikan pesan kepada pembaca nilai kehidupan. Emosi yang ada di setiap lembar ceritanya sangat membuat pembaca merasakan apa yang dirasakan pengarang, ditambah dengan adanya gambar visual yang seolah-olah para audien melihat nyata dan langsung kejadian yang ada di film ini. 

d.Kelemahan film "172 Days"

Kelemahan film ini yaitu terdapat ketidakjelasan tokoh Niki. Niki yang tiba-tiba muncul sangat mengganggu, padahal jika memang ingin digunakan sebagai figuran seharusnya diberikan porsi yang sedikit lebih banyak. Film akan lebih menarik lagi jika alur yang ditayangkan sama dengan novel, supaya semakin terlihat jelas gambaran di dalam novel yang dapat diperlihatkan dalam bentuk film agar terlihat lebih nyata lagi.

5. Simpulan

Novel 172 Days karya Nadzira Shafa adalah novel yang sangat menginspirasi para pembaca. Novel ini mampu menyampur aduk perasaan atau emosi para pembaca. Ekspresi bahagia, sedih, kecewa, serta keikhlasan yang amat mendalam dapat dirasakan jika membaca novel yang satu ini serta menonton filmnya. Peristiwa-peristiwa yang dijelaskan oleh pengarang sudah sangat mampu mewakili perasaan pengarang ketika menuliskan novel ini. Novel ini sangat sesuai jika dianalisis menggunakan pendekatan ekspresif, karena novel ini merupakan pengalaman pengarang untuk mengingat suaminya yang telah meninggal dan selalu ia rindukan. Bagi pengarang, raga suaminya memang sudah tak disisinya,, namun jiwanya selalu hidup di dalam hatinya. Pendekatan ekspresif mampu menjabarkan hubungan antara karya sastra dengan kehidupan nyata pengarangnya. Meskipun terdapat perbedaan antara novel dan film, namun amanat serta ekspresi emosi yang didapatkan tetaplah sama sesuai dengan yang dirasakan pengarang saat mengalami hal tersebut. 

Sekian informasi yang bisa saya sampaikan. Terima kasih sudah membaca

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun