Mohon tunggu...
Bai Ruindra
Bai Ruindra Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger

Teacher Blogger and Gadget Reviewer | Penulis Fiksi dan Penggemar Drama Korea | Pemenang Writingthon Asian Games 2018 oleh Kominfo dan Bitread | http://www.bairuindra.com/ | Kerjasama: bairuindra@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jiwa Muda untuk Marwah Bangsa di Tengah Ombak Berirama Tektonik Laut China Selatan

24 Mei 2024   17:12 Diperbarui: 24 Mei 2024   17:20 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka dari itu, pekerjaan rumah dari TNI AL saat ini adalah menarik jiwa-jiwa muda ini, katakanlah kepada mereka bahwa kita terancam dari apapun di Laut China Selatan. 10 tahun lagi, 20 tahun setelah hari ini, bukan lagi kita yang akan berjibaku dengan ancaman di seberang lautan seperti kehilangan pulau, ikan habis dikuras nelayan negara tetangga maupun perang yang jangan sampai terjadi, melainkan anak-anak muda yang dibentuk jiwanya agar lebih gahar sejak dini. Tidak mungkin TNI AD bertarung bersama ubur-ubur kala ancaman itu tiba. Sangat mustahil Polri berjibaku dengan gunung es sementara mereka hanya tahu meluruskan jalan yang salah bagi pengendara bukan titik koordinat di lautan.

Laut China Selatan yang terancam secara teori - mungkin terjadi konflik, mungkin tidak - tetaplah membutuhkan personil yang lebih banyak dibandingkan di daratan yang sudah 'di mana-mana' adalah anggota TNI AD dan Polri. Saya bertugas mengarahkan anak-anak untuk memilih dokter sebagai profesi yang aman hidup masa depan, atau guru yang kerja sampai siang hari sementara gaji banyak, di saat ancaman yang terinformasikan dengan benar kepada saya mengenai Laut China Selatan ini yang sedang goyah karena pertikaian karena letak yang strategis dengan nilai ekonomis fantantis, mudah dipolitisasi berbagai kepentingan negara karena letak geografis dan sumber daya alam berlimpah dari lautan hingga daratan di antara negara-negara yang memperebutkan kekayaan alam. (kompaspedia.kompas.id, 17/04/2024).

Amerika Serikat pernah memulai sangketan dengan mengklaim sejumlah pulau kecil di Kepulauan Spratly, sementara China memasukkan kepulauan tersebut bersama Kepulauan Paracel ke peta wilayahnya tahun 1974. Negara-negara tetangga seperti Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei Darussalam, bersama Indonesia mulai terpancing untuk menjaga pulau-pulau dan kekayaan lainnya di daerah Laut China Selatan sampai hari ini agar tidak dirampas paksa oleh negara-negara adidaya lainnya. (dunia.tempo.co, 09/02/2023). Jika benar ancaman tersebut nyata dan anak-anak mendapatkan informasi akurat dari sosok TNI AL yang bertugas di sana, saya akan dengan mudah mengarahkan anak-anak untuk masuk TNI AL di tahun-tahun mendatang.

Harapan dan Asa dari Guru yang Mendidik Anak Bangsa

Satu atau dua yang lulus TNI AL dari suatu sekolah, jika dijumlahkan akan banyak dan cukup mampu membentengi bajak laut yang entah datang dari kutub mana. Informasi yang tidak tersampaikan ini, jangan pernah menyalahkan anak-anak negeri ketika ancaman itu benar-benar datang. Bukan kami tidak peduli. Bukan sekolah tidak mengirimkan anak-anak terbaiknya sebagai calon anggota TNI AL. TNI AL sendiri yang 'menjenguk' sekolah pun tidak pernah!

Datang ke sekolah dari pelosok sampai gemerlap kota besar. Katakanlah bahwa Laut China Selatan sedang garang-garangnya dengan perampasan pulau dan kekayaan Indonesia. Rangkul anak-anak yang terobsesi menjadi dokter untuk masuk ke TNI AL. Peluk kuat-kuat penghafal Alquran agar senandung laut lebih tenang dalam lantunan kalam Ilahi.

Apakah ini pernah terpikirkan oleh petinggi TNI AL? Mungkinkah hanya memikirkan trik dan strategi agar lepas dari ancaman berarti? Sekali lagi, anak negeri masih banyak di sini, sementara kaki ringkih itu akan pensiun sebentar lagi. Ancaman di Laut China Selatan sudah pasti dalam beberapa tahun ke depan, namun apakah siap kita tanpa jiwa dan tenaga yang kokoh?

Saya menunggu Bapak dan Ibu TNI AL datang ke sekolah-sekolah, menceritakan bagaimana ancaman yang membawa konflik di Laut China Selatan yang mungkin akan terjadi. Cerita inspirasi pelaut yang menggelegar tanpa diketahui sampai hari ini. Sosok yang terkubur pasir yang asin mestilah terdengar ke telinga anak-anak di seluruh negeri. Ganasnya ombak di lautan yang menyanyikan irama pengantar tidur adalah pemanis mimpi akan rindu kampung halaman. Dengan begitu, anak-anak tidak saja memilih sosok TNI AD atau Polri di kehidupan mereka melainkan ada sosok lain dalam balutan baju dinas putih yang patut diapresiasi.

Ancaman di Laut China Selatan janganlah tinggal kisah pada orang-orang beruban dengan kepentingan pribadi masing-masing. Anak-anak yang belum tersentuh isu berat ini adalah pelopor yang akan mengubah keadaan menjadi lebih seru ketika si uban ini sudah purna tugas. Anak-anak yang kurang paham mengenai konflik, ancaman, dan segala gelap dari apa yang terlihat tersebut butuh sosok yang bercerita dalam bicara kepada mereka. Jika memang benar peduli kepada negeri, jika ingin konflik tak bermuara ke armada di Laut China Selatan yang dingin, tempa anak-anak kami di sini dari dini. Gelas yang kosong itu sangatlah mudah diisi. Kayu yang patah tak mudah disambung lagi apalagi jika sudah rapuh.

Saya tidak tahu pasti, alasan terkuat kenapa hanya isu konflik dan ancaman di Laut China Selatan saja yang diagungkan untuk dilerai. Sementara peminat TNI AL sangatlah berkurang bahkan cenderung tidak ada kecuali 'dipinang' jika diusaha. Maka dari itu, kesempatan ini wajib digerakkan lebih cepat agar jiwa muda ini tergerak untuk menjaga keamanan di laut Indonesia. Kasih tahu ke dunia keberadaan TNI AL di Laut China Selatan agar anak-anak melihat perjuangan di sana dalam menjaga berbagai ancaman. Ibarat sebuah produk sedang dipromosikan, TNI AL lebih layak untuk ada dalam berbagai flyer agar anak-anak negeri tertarik.

Di akhir tulisan ini, jika Bapak dan Ibu petinggi TNI AL tidak ada waktu untuk ke sekolah-sekolah, teknologi akan menyatukan kita semua. Apakah dengan membuat konten yang dekat dengan anak muda di media sosial, apakah menggunakan fasilitas video conference dengan pemandangan laut yang megah, atau kirimkan sosok inspiratif dari anggota TNI AL ke sekolah-sekolah di pelosok negeri. Yakinkan anak-anak ini agar mau menjadi penjaga keamanan di Laut China Selatan dalam waktu yang panjang nanti!

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun