Mohon tunggu...
Bai Ruindra
Bai Ruindra Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger

Teacher Blogger and Gadget Reviewer | Penulis Fiksi dan Penggemar Drama Korea | Pemenang Writingthon Asian Games 2018 oleh Kominfo dan Bitread | http://www.bairuindra.com/ | Kerjasama: bairuindra@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Wa Din

2 Oktober 2015   20:23 Diperbarui: 2 Oktober 2015   20:23 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Orang-orang banyak menghujat Bapak di belakang saya! Bapak sudah tua, bukannya beribadah di rumah saja, ini malah ke masjid dan ngaji dengan suara gemetar tak jelas!”

Wa Din tak membantah. Mungkin Jamhur ada benarnya.

“Kita tinggal tak jauh, dari rumah saya di kampung seberang masih terdengar suara cempreng Bapak mengaji! Tak enak saya dengar, apalagi kalau orang lain mendengar pula! Bikin malu saya saja!”

Wa Din memadang Jamhur lekat-lekat. Jamhur malah melotot.

“Pokoknya, mulai hari ini Bapak di rumah saja! Tak perlu repot-repot mengaji dan azan di masjid, masih ada anak muda yang mau melakukan itu!”

Jamhur menghambur keluar. Meninggalkan Wa Din tertegun. Wa Din tak bisa membantah, tak bisa juga berbuat apa-apa.

Jamhur putranya, hanya dia yang Wa Din punya!

***

Wa Din tak lagi ke masjid. Di rumah saja. Hanya hari Jumat ia ke sana, pun tidak lagi mengaji.

Hari berlalu, Wa Din tak lagi mengaji di masjid, tak ada pula yang menganti. Azan pun kadang ada kadang tak ada.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun