Mohon tunggu...
Baim Surya gunawan
Baim Surya gunawan Mohon Tunggu... Tentara - Pelajar

Bermain bola

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Perjalanan Liburan Ke Lubang Jepang, Bukittinggi

23 Januari 2025   21:42 Diperbarui: 23 Januari 2025   21:47 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kemudian, kami melewati ruang dapur yang kecil dan sederhana. Di sini, pemandu menjelaskan bagaimana para tentara Jepang menyiapkan makanan mereka.

 Aku mencoba membayangkan suasana saat itu, tetapi rasanya sulit untuk benar-benar memahami kehidupan di dalam lubang ini.

Salah satu ruangan yang paling membuatku merinding adalah penjara. Ruangan ini kecil, gelap, dan pengap. Konon, banyak tahanan yang kehilangan nyawa di sini akibat penyiksaan atau kelaparan. Melihat ruangan ini membuatku merasa tidak nyaman, tetapi sekaligus mengingatkan akan betapa kejamnya masa penjajahan.

Setelah itu, kami tiba di ruang rapat, yang digunakan oleh para pemimpin tentara Jepang untuk menyusun strategi perang. Ruang ini cukup besar dibandingkan ruangan lainnya.

Dengan dinding yang sedikit lebih halus. Pemandu menjelaskan bahwa suara di dalam ruang ini dirancang agar tidak terdengar dari luar, sehingga pembicaraan rahasia tetap aman.

Kami terus berjalan melewati lorong-lorong yang panjang dan berliku. Pemandu menjelaskan bahwa lorong ini dirancang sedemikian rupa untuk membingungkan musuh.

 Selain itu, ventilasi udara yang tersembunyi membuat lorong ini tetap nyaman meskipun berada jauh di bawah tanah.

Sepanjang perjalanan, aku tidak bisa berhenti membayangkan bagaimana rasanya menjadi salah satu romusha yang dipaksa bekerja di tempat ini. Mereka tidak hanya harus menggali batuan keras, tetapi juga menghadapi ancaman kekerasan dan kelaparan.

Setelah sekitar satu jam menjelajahi lorong-lorong Lubang Jepang, kami akhirnya keluar ke permukaan Dan meresa capek karena tangga nya terlalu banyak. Aku menarik napas dalam-dalam, menikmati udara segar Bukittinggi.

Sebelum pulang, kami memutuskan untuk menikmati makanan ringan di area sekitar Taman Panorama. Kami mencoba karupuak kuah, sebuah hidangan khas Minang yang sederhana tetapi sangat lezat. Kerupuk yang disiram dengan kuah kacang pedas memberikan rasa yang kaya dan memuaskan.

Kami juga mencicipi pisang kapik, pisang bakar khas Bukittinggi yang disajikan dengan kelapa parut dan gula merah. Rasanya manis dan sedikit gurih, sangat cocok untuk menutup perjalanan hari itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun