Harga Murah Sebagai Iming-iming
Konsep "hutan buku" yang diusung mereka sudah berhasil menggiring persepsi publik bahwa buku yang dilelang tersebut dengan mudahnya dapat diakses pengunjung sebagaimana halnya pameran-pameran buku yang lain, namun kenyataannya berbeda ketika sampai di lokasi.
Sementara pengunjung berpanas-panasan antri di depan gerbang, pihak pengelola merasa bangga telah berhasil mengawasi situasi bagaimana sistem penjualan mereka ke depan dengan melihat jumlah pengunjung yang rela antri untuk membeli buku-buku mereka. Pengunjung gerbang kedua yang sudah antri lama itu pun tidak ada jaminan untuk mereka semua bisa masuk ke gudang, sebab durasi waktu yang hanya sampai pukul 15.00, dan pengunjung yang di dalam gudang belum tentu bisa sampai 1 jam atau 2 jam langsung keluar dengan belanjaan mereka, mesti memilih buku-buku terbaik yang mereka inginkan, apalagi dengan pemikiran "mumpung harga murah".
Pengunjung yang sudah masuk di dalam gudang sepertinya tidak berpikir bahwa pengunjung yang di gerbang kedua menunggu mereka keluar baru dapat masuk. Padahal terik mentari semakin menyengat, namun karena mereka diiming-imingi harga murah dan sudah berada di gerbang kedua, mereka harus sabar, jika tidak mau kesia-siaan sudah menunggu lama namun tak dapat masuk, sementara waktu terus beranjak.
Gramedia dengan brandingnya sebagai stokist buku terlengkap, dan dengan buku terbaru cepat terdistribusi di sana telah berhasil mempecundangi pengunjung dengan antri yang panjang, dan dengan iming-iming harga murah berhasil membangun hegemonik kepada publik bahwa mereka mencoba mendukung pertumbuhan minat baca. Padahal minat baca kita yang rendah bukan hanya karena kita tidak mau membaca, tetapi ketersediaan bahan bacaan itu pun salah satu permasalahan terbesar yang harus dihadapi.
Buktinya banyak pengunjung ketika diiming-imingi harga murah, sebab banyak yang tidak mampu untuk membeli buku yang ter-komersialisasi dengan harga tinggi, terlebih di kalangan mahasiswa, harga satu buku di gramedia bisa saja dimanfaatkan untuk “penyambung Hidup” selama beberapa hari. Lalu akses untuk peminjaman buku di perpustakan pun sepertinya belum ada kemudahan dengan procedural mereka yang njelimet.
Dan akhirnya bukan hanya minat baca rendah yang dihadapi, problematika ketersediaan bahan bacaan perlu untuk mendapat perhatian lebih. (Baim Lc, 10/09/16)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI