Mohon tunggu...
Abdul Rahim
Abdul Rahim Mohon Tunggu... Freelancer - pengajar di Fakultas Ushuluddindan Studi Agama UIN Mataram, Pegiat Rumah Belajar dan Taman Baca Kompak, Lombok Timur

I'm the moslem kontak 087863497440/085337792687 email : abdulrahim09bi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ironi Hegemonik "Hutan Buku" Gramedia

10 September 2016   15:09 Diperbarui: 10 September 2016   15:35 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

hutan-buku-57d3bec724b0bd4c43276017.jpg
hutan-buku-57d3bec724b0bd4c43276017.jpg
Sementara antrian di gerbang kedua pun masih cukup lama bagi pengunjung untuk dapat masuk, dengan sistem jumlah pengunjung yang keluar gudang diganti dengan pengunjung yang antri di gerbang kedua. Artinya persaingan untuk bisa masuk di arena buku tersebut untuk membeli pun sangat kompetitif, siapa yang duluan datang, dapat cepat masuk. Pelelangan dibuka pukul 09.00 pagi, bahkan pukul setengah 8 sudah banyak yang antri, seperti yang diungkap penjaga gerbang pertama.

Harga Murah Sebagai Iming-iming

Konsep "hutan buku" yang diusung mereka sudah berhasil menggiring persepsi publik bahwa buku yang dilelang tersebut dengan mudahnya dapat diakses pengunjung sebagaimana halnya pameran-pameran buku yang lain, namun kenyataannya berbeda ketika sampai di lokasi.

Sementara pengunjung berpanas-panasan antri di depan gerbang, pihak pengelola merasa bangga telah berhasil mengawasi situasi bagaimana sistem penjualan mereka ke depan dengan melihat jumlah pengunjung yang rela antri untuk membeli buku-buku mereka. Pengunjung gerbang kedua yang sudah antri lama itu pun tidak ada jaminan untuk mereka semua bisa masuk ke gudang, sebab durasi waktu yang hanya sampai pukul 15.00, dan pengunjung yang di dalam gudang belum tentu bisa sampai 1 jam atau 2 jam langsung keluar dengan belanjaan mereka, mesti memilih buku-buku terbaik yang mereka inginkan, apalagi dengan pemikiran "mumpung harga murah".

Negosiasi
Negosiasi
Seperti pengunjung yang baru keluar dengan plastik besar ditenteng, hanya dengan 165 ribu dia keluar dengan belanjaan sebanyak itu, padahal tadi malam saya menemani salah seorang kawan ke Gramedia jl. Cik Ditiro, harga satu buku TOEFL saja 188 ribu tanpa diskon. Dan pengunjung tersebut yang tadinya masuk pas pukul 9, baru keluar mendekati pukul 11 dengan pilihan buku sebanyak itu.

Pengunjung yang sudah masuk di dalam gudang sepertinya tidak berpikir bahwa pengunjung yang di gerbang kedua menunggu mereka keluar baru dapat masuk. Padahal terik mentari semakin menyengat, namun karena mereka diiming-imingi harga murah dan sudah berada di gerbang kedua, mereka harus sabar, jika tidak mau kesia-siaan sudah menunggu lama namun tak dapat masuk, sementara waktu terus beranjak.

Gramedia dengan brandingnya sebagai stokist buku terlengkap, dan dengan buku terbaru cepat terdistribusi di sana telah berhasil mempecundangi pengunjung dengan antri yang panjang, dan dengan iming-iming harga murah berhasil membangun hegemonik kepada publik bahwa mereka mencoba mendukung pertumbuhan minat baca. Padahal minat baca kita yang rendah bukan hanya karena kita tidak mau membaca, tetapi ketersediaan bahan bacaan itu pun salah satu permasalahan terbesar yang harus dihadapi.

Buktinya banyak pengunjung ketika diiming-imingi harga murah, sebab banyak yang tidak mampu untuk membeli buku yang ter-komersialisasi dengan harga tinggi, terlebih di kalangan mahasiswa, harga satu buku di gramedia bisa saja dimanfaatkan untuk “penyambung Hidup” selama beberapa hari. Lalu akses untuk peminjaman buku di perpustakan pun sepertinya belum ada kemudahan dengan procedural mereka yang njelimet.

Dan akhirnya bukan hanya minat baca rendah yang dihadapi, problematika ketersediaan bahan bacaan perlu untuk mendapat perhatian lebih. (Baim Lc, 10/09/16)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun