Jika banyak kita lihat mata air keluar dari batu atau tanah, beda halnya dengan Timba Juwet ini. Mata air yang seolah menyembul dari akar Pohon Bantek (Bahasa Sasak) yang menjulang tinggi tersebut menurut penuturan orang-orang tua telah berumur sampai ratusan tahun. Mata air yang berlokasi di perbatasan antara desa Mamben Lauk dan Mamben Daya, melewati jalan kecil tepat di samping tugu perbatasan dua desa tersebut untuk sampai di sana, dulunya merupakan sumber air warga sekitar, baik untuk keperluan rumah tangga dan lainnya.
Mata air yang berlokasi di Pedalaman dengan area persawahan di sekitarnya biasa dikunjungi warga sekitar untuk rekreasi, berendam, sebab untuk keperluan pengairan rumah tangga di wilayah tersebut sudah ada air PDAM. Di samping itu sumber mata air tersebut dialiri untuk mengairi sawah-sawah sekitarnya sampai ke Hilir.
Mata air tersebut Paling banyak dikunjungi anak-anak kecil, dengan berjalan kaki melewati pematang sawah lalu menuruni beberapa anak tangga menuju timba tersebut. Mata air (Timba) Juwet tersebut terbagi menjadi dua, sebab ada dua pohon Bantek besar yang menjadi sumbernya, dan di pinggir area itulah dikelilingi dengan batu-batu besar sebagai tembok untuk tertampungya air dari akar-akar pohon tersebut.
Menurut penuturan Amaq (Pak) Musanif (62) Mata Air Timba Juwet ini dinamakan seperti itu sebab dahulunya di sekitar tempat tersebut banyak dipenuhi pohon Juwet (Jamblang, Dengan Bahasa latinnya SyzigiumCumini) yang terus berbuah sepanjang tahun. Buah-buah Juwet yang lebat sering didatangi monyet yang memetik juwet dengan sembarangan, bahkan sering menggoyangkan pohon juwet dan buahnya banyak yang jatuh ke air timba.
Sebab bekas biji yang dimakan dan buah yang mengotori Timba, beberapa pohon Juwet mulai ditebang. Dan di dataran landai dekat Timba mulailah dibuka lahan untuk berkebun dan bertani. Lambat laun pohon juwet yang tersisa tinggal sedikit, dan sekitar area timba mulai juga ditanami kelapa oleh pemilik lahan, namun Pohon Bantek yang menjulang tinggi sebagai sumber air dari Timba tersebut tetap berdiri kokoh.
Aliran Air sampai Mata Air Sengkelep
Sumber mata air di wilayah Mamben ini sebenrnya bukan hanya Timba Juwet ini, di kawasan Dusun Ladon menyusuri aliran sungai juga akan kita temukan sumber mata air yang dinamakan Sengkelep. Mata air sengkelep ini berasal dari dasar tanah yang di bagian tiap sisinya tebing batu yang terbelah oleh aliran air dan membentuk seperti wadah yang menampung sumber air tersebut. Bentuk mata air ini bertingkat 3, dengan sumber aslinya di tengah, dan air yang di atasnya merupakan aliran dari Timba Juwet juga. Kawan-kawan yang melompat dari atas tebing tinggi di sekitar mata air sengkelep, ketika jatuh ke bawah belum juga mencapai dasar mata air, saking dalam sumbernya.
Barulah setelah 3 hari kemudian Jasad anak laki-laki tersebut katanya ditemukan di pantai Gili Lampu ( Jarak Desa Mamben Lauk ke Gili Lampu sekitar 48 KM). Dari cerita yang beredar itulah warga mempercayai bahwa lorong di sisi barat mata air Sengkelep itu memang benar-benar rumah Jin, sebab jauhnya tembusan lorong tersebut sampai menuju pantai.
Salah satunya Timba Juwet dan Sengkelep ini tetap asli bentuknya sebab kekhawatiran masyarakat sebagai pembatas untuk tidak bertindak merusak alam, akan tetapi jika dimanfaatkan dengan sewajarnya justru menjadikan sebuah kemudahan untuk dapat dinikmati bersama, salah satunya air mengalir sampai ke perbukitan, dan selayaknya slogan " Sumber air sudekat".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H