Mohon tunggu...
Abdul Rahim
Abdul Rahim Mohon Tunggu... Freelancer - pengajar di Fakultas Ushuluddindan Studi Agama UIN Mataram, Pegiat Rumah Belajar dan Taman Baca Kompak, Lombok Timur

I'm the moslem kontak 087863497440/085337792687 email : abdulrahim09bi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Timba Juwet, Mata Air Murni dari Akar Pohon

17 Juli 2016   08:39 Diperbarui: 18 Juli 2016   13:06 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika banyak kita lihat mata air keluar dari batu atau tanah, beda halnya dengan Timba Juwet ini. Mata air yang seolah menyembul dari akar Pohon Bantek (Bahasa Sasak) yang menjulang tinggi tersebut menurut penuturan orang-orang tua telah berumur sampai ratusan tahun. Mata air yang berlokasi di perbatasan antara desa Mamben Lauk dan Mamben Daya, melewati jalan kecil tepat di samping tugu perbatasan dua desa tersebut untuk sampai di sana, dulunya merupakan sumber air warga sekitar, baik untuk keperluan rumah tangga dan lainnya.

Mata air yang berlokasi di Pedalaman dengan area persawahan di sekitarnya biasa dikunjungi warga sekitar untuk rekreasi, berendam, sebab untuk keperluan pengairan rumah tangga di wilayah tersebut sudah ada air PDAM. Di samping itu sumber mata air tersebut dialiri untuk mengairi sawah-sawah sekitarnya sampai ke Hilir.

Mata air tersebut Paling banyak dikunjungi anak-anak kecil, dengan berjalan kaki melewati pematang sawah lalu menuruni beberapa anak tangga menuju timba tersebut. Mata air (Timba) Juwet tersebut terbagi menjadi dua, sebab ada dua pohon Bantek besar yang menjadi sumbernya, dan di pinggir area itulah dikelilingi dengan batu-batu besar sebagai tembok untuk tertampungya air dari akar-akar pohon tersebut.

dok. Pribadi : Timba Juwet bagian lain
dok. Pribadi : Timba Juwet bagian lain
Di bawah rindangnya pohon Bantek dan sejuknya udara area persawahan, Timba Juet ini menjadi terasa nyaman untuk dikunjungi. Di sekitar Timba ada area lapang untuk duduk-duduk, atau jika membawa bekal untuk bakar-bakaran. Timba Juwet juga menjadi tempat mandi para petani yang sawahnya di sekitar timba tersebut. Di sana telah disediakan juga semacam ketaring dari daun kelapa dan sajadah lusuh jika ada yang ingin menunaikan shalat.

Menurut penuturan Amaq (Pak) Musanif (62) Mata Air Timba Juwet ini dinamakan seperti itu sebab dahulunya di sekitar tempat tersebut banyak dipenuhi pohon Juwet (Jamblang, Dengan Bahasa latinnya SyzigiumCumini) yang terus berbuah sepanjang tahun. Buah-buah Juwet yang lebat sering didatangi monyet yang memetik juwet dengan sembarangan, bahkan sering menggoyangkan pohon juwet dan buahnya banyak yang jatuh ke air timba.

Sebab bekas biji yang dimakan dan buah yang mengotori Timba, beberapa pohon Juwet mulai ditebang. Dan di dataran landai dekat Timba mulailah dibuka lahan untuk berkebun dan bertani. Lambat laun pohon juwet yang tersisa tinggal sedikit, dan sekitar area timba mulai juga ditanami kelapa oleh pemilik lahan, namun Pohon Bantek yang menjulang tinggi sebagai sumber air dari Timba tersebut tetap berdiri kokoh.

dok. pribadi
dok. pribadi
Mitos yang beredar juga, jika ada salah seorang warga yang menderita sakit dan mempunyai Pedam (harus dibawa ke tempat-tempat khusus untuk dibacakan doa), Timba juwet ini juga merupakan tempat Pedam. Bisa dilihat bukti di beberapa bagian akar pohon yang tidak tersentuh air digantungkan Kepala Ayam, Kaki Ayam atau ketupat yang berisi telur dari orang-orang yang berkunjung. Bahkan ada juga yang katanya mengadakan syukuran untuk Tolakbala' dengan beramai-ramai ke Timba Juwet untuk mandi dan Tahlilan di sana.

Aliran Air sampai Mata Air Sengkelep

Sumber mata air di wilayah Mamben ini sebenrnya bukan hanya Timba Juwet ini, di kawasan Dusun Ladon menyusuri aliran sungai juga akan kita temukan sumber mata air yang dinamakan Sengkelep. Mata air sengkelep ini berasal dari dasar tanah yang di bagian tiap sisinya tebing batu yang terbelah oleh aliran air dan membentuk seperti wadah yang menampung sumber air tersebut. Bentuk mata air ini bertingkat 3, dengan sumber aslinya di tengah, dan air yang di atasnya merupakan aliran dari Timba Juwet juga. Kawan-kawan yang melompat dari atas tebing tinggi di sekitar mata air sengkelep, ketika jatuh ke bawah belum juga mencapai dasar mata air, saking dalam sumbernya.

Mata air Sengkelep, Dusun Ladon, Mamben Lauk
Mata air Sengkelep, Dusun Ladon, Mamben Lauk
Lagi-lagi tentang mitos, diceritakan Fathurrahman(52) warga dusun Lengkok Lendang waktu kecilnya sering mandi di sana bahwa di tampungan mata air sengkelep itu di bagian lorong batu sisi baratnya, jika kita sampai tersedot di sana maka tidak akan muncul lagi ke permukaan air. Salah seorang temannya yang dulu pernah tersedot ke lorong tersebut hampir kehabisan nafas, jika mereka tidak cepat menarik tangannya yang melambai-lambai, mungkin dia sudah tertelan arus ke lorong tersebut. Lalu dipersepsikan lah lorong tersebut diidentikkan dengan rumah Jin penunggu mata air tersebut. Dan pernah diceritakan juga oleh Amaq Mabrur (57) bahwa salah seorang anak kecil dari desa Mamben Lauk yang pernah tersedot ke sana dan menghilang selama beberapa hari, teman-temannya yang mandi bersamanya tidak ada yang berani memberitahukan kejadian tersebut.

Barulah setelah 3 hari kemudian Jasad anak laki-laki tersebut katanya ditemukan di pantai Gili Lampu ( Jarak Desa Mamben Lauk ke Gili Lampu sekitar 48 KM). Dari cerita yang beredar itulah warga mempercayai bahwa lorong di sisi barat mata air Sengkelep itu memang benar-benar rumah Jin, sebab jauhnya tembusan lorong tersebut sampai menuju pantai.

dok. pribadi
dok. pribadi
Sebab besarnya aliran air yang melimpah dari kedua mata air yakni Timba Juwet dan Sengkelep inilah sejak Tahun 2007 sumber air tersebut dialirkan menggunakan pipa-pipa paralon, yang diprakarsai oleh warga Dusun Lengkok Lendang yang Notabenenya berada di atas perbukitan. Desain teknis untuk aliran air tersebut berasal dari salah seorang Sarjana Teknik dari dusun tersebut, dan akhirnya aliran Air itulah yang mereka sebut Air PDAM. Akan tetapi jika PDAM di perkotaan pembayarannya dekelola untuk pendapatan Daerah, sementara PDAM yang dari Juwet dan Sengkelep ini hasil pembayarannya dikelola oleh Pemerintah Dusun. Dengan Bak-bak besar yang dibangun di sekitar Sumber Air, lalu bak besar penampungan kedua sebelum mengalir ke rumah-rumah warga dibangun di Dataran tinggi ujung utara Dusun Lengkok Lendang, Kecamatan Wanasaba Lombok Timur.

pipa PDAM
pipa PDAM
Tidak dipungkiri jika segala sesuatu yang ada di wilayah kita memang banyak dipenuhi mitos, akan tetapi kepercayaan lokal tersebutlah yang menjadikan beberapa tempat tetap asri dan masih seperti semula tanpa diubah untuk kepentingan pribadi, sebab mereka takut dengan mitos yang telah terbangun bahwa beberapa tempat memang dihuni oleh makhluk lain di alam ini.

Salah satunya Timba Juwet dan Sengkelep ini tetap asli bentuknya sebab kekhawatiran masyarakat sebagai pembatas untuk tidak bertindak merusak alam, akan tetapi jika dimanfaatkan dengan sewajarnya justru menjadikan sebuah kemudahan untuk dapat dinikmati bersama, salah satunya air mengalir sampai ke perbukitan, dan selayaknya slogan " Sumber air sudekat".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun