Pengunjung arena outbond hari itu bukan kami saja, ada dari Taman Kanak-Kanak, dan juga ibu-ibu dari UPTD Pendidikan kecamatan Pakem Sleman, Jogjakarta, yang lainnya ada mahasiswa dari Universitas Mercubuana yang akan mengadakan camping untuk perekrutan anggota baru salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa. Setelah semua anggota tim telah mencoba flying fox dan flying bamboo, kali ini untuk tiap permainan terdiri dari 2 tim, Tim P-man dan Sudirman terlebih dahulu bermain di balapan Dayung kayak (Perahu) di kolam sebelah utara dengan jarak sekitar 25 meter antara tepi kolam sebelah timur dan barat. Ternyata mendayung kayak tak semudah yang terlihat, penulis beberapa kali muter-muter di tengah karena ketidak seimbangan dayungan yang seharusnya membuat jalannya kayak melaju lurus, cukup lama dan pegal akhirnya sampai juga ke seberang, selanjutnya bergantian dengan anggota tim yang belum mencoba. cukup menyenangkan.
Di tim sudirman masih ada satu orang yang belum masuk ke titian bambu, begitu juga penulis, di tim P-man sebagai peserta terakhir yang masuk. Titian bambu tidak terlalu sulit bagi saya karena dulu waktu kecil sering melewati titian bambu di penyeberangan antar parit yang di pasang di sawah-sawah, atau juga keseimbangan tubuh ketika berjalan di pematang sawah yang kecil. sayangnya tim sudirman sudah habis semua menyeberang ke tepi melalui ayunan, sedang tim kami masih banyak yang tersisa di tengah, bahkan ada beberapa yang jatuh juga tidak sampai ke tepi kolam ketika berayun pada tali.
Sampailah pada permainan terakhir antara tim P-Man dan Sudirman, menggelindingkan ban yang cukup besar dengan menarik tali yang sudah disematkan, tiap sisi ada 4 orang peserta, jadi tiap tim 8 orang yang akan bermain terlebih dahulu, sisanya menunggu di sebelah barat menggantikan peserta yang kelelahan untuk balik lagi membawa ban ke tempat parkir yang sudah ditentukan. Kali ini permainan yang cukup ribet, beberapa kali tali yang dipegang peserta terpaut dengan tali yang dipegang teman lainnya, membutuhkan konsentrasi kapan harus menunduk agar tali tidak saling lilit dengan yang dipegang teman. Walaupun panas sudah cukup menyengat, namun keceriaan masih terlihat dan masih bersemangat untuk menggelindingkan sampai ke tempat parkir yang sudah ditentukan, sayangnya waktu habis, ban kami belum juga sampai ke tempatnya, sedang tim Sudirman berhasil memarkirkan ban mereka.
Tim sudirman dan P-man selanjutnya dipersilahkan beristirahat ke pendopo, di sana ada juga 2 tim yang sudah selesai semua permainan, sementara beberapa tim lainnya masih bermain balap kayak. Di pendopo telah tersedia prasmanan untuk makan siang serta jajanan pagi tadi yang masih banyak tersisa. Salah satu lauknya terasa seperti masakan khas Lombok, Tempe dengan kuah santan yang dibumbui cabe hijau yang diiris-iris, kalau di Lombok masakan tersebut di namakan "Cenge", lalu tumis daun ubi, tempe goreng, ayam goreng dan sambal. Nikmatnya makan dengan sejuknya angin siang menghilangkan penatnya aktifitas tadi, benar-benar pengalaman yang tak terlupakan.
Pengunjung lainnya Ibu-ibu dari UPTD Pendidikan tadi masih bermain teka-teki di kolam penyeberangan, sementara anak-anak TK masih bermain lumpur di kolam sambil menangkap ikan, selanjutnya mereka berpindah untuk mandi di kolam renang khusus untuk anak-anak. Rencana mau mandi di kali yang kami lewati ketika pertama datang tadi, namun tidak banyak yang setuju akhirnya sekedar membersihkan badan di kamar mandi dekat flying bamboo dan tersedia semacam pendopo tempat shalat. Selesai mandi dan shalat, kami bergegas ke pendopo tempat makan siang tadi, ternyata sudah cukup sepi, tinggal para instruktor yang sedang menikmati makan siang, kami pun bergegas untuk meninggalkan lokasi, terlebih dahulu pamitan pada para instruktor.
Sejenak memandang ke seluruh area outbond Ledok Sambi, suasananya tidak jauh beda dengan Hutan di Desa Timba Nuh Lombok Timur, Di tengah hutan ada air terjun super dingin dan sungai yang mengalir sangat jernih, lalu di kaki Gunung Rinjani sebelah selatan, di desa Joben terdapat lembah yang masih sangat alami dengan sumber air yang melimpah pula, tetapi sayangnya tidak ada pengelolaan secara struktural yang baik sehingga dengan mudahnya setiap orang mengaku sebagai pemilik lahan di sekitar lembah tersebut. Wisata outbond seperti di Ledok Sambi belum ada sama sekali di Lombok, padahal melihat potensi wisata hutan Lindung yang masih sangat alami cukup potensial sebagai arena wisata alam, lebih-lebih ditambah arena outbond dengan permainan daerah yang cukup menarik untuk ditawarkan, semisal "beradangan" (Permainan melewati penjaga di garis yang sudah ditentukan), “Bentengan” (permainan menjaga benteng agar tidak dipegang oleh musuh) dan lainnya.
Lain halnya dengan kawasan wisata Desa Sembalun di Kaki gunung rinjani sebelah timur, puncak membludaknya wisatawan biasanya ketika musim strowberry. Pemilik lahan mempersilahkan pengunjung memetik sendiri strowberry dan yang pastinya bukan strowberrynya yang menjadi incaran, tetapi hasil jepret-jepret (Foto) di ladang strowberry itulah yang akan jadi fokusnya. Ketika musim strowberry berakhir, biasanya pengunjung menikmati sejuknnya angin di area Pusuk, pertengahan bagian dari Gunung Rinjani dengan sejauh pandangan terbentang terlihat gunung-gunung menjulang tinggi, lalu di Lembahnya desa Sembalun terlihat semua.
Di samping wisata-wisata alam tersebut, penulis juga cukup tertarik dengan wisata-wisata sejarah dan budaya yang ada di Lombok, sebagai sebuah khzanah yang sangat perlu dilestarikan. Sebut saja Masjid Kuno yang ada di Bayan, Masjid Kuno di Pujut, Bale Belek yang ada di Jerowaru, Makam Selaparang, makam Loang Baloq, makam Batu Layar, Makam Saleh Sungkar, serta makam-makam lainnya yang berisi nilai sejarah kenapa makam tersebut masih ramai dikunjungi hingga sekarang, masih menyimpan pertanyaan besar bagi yang berminat untuk mengkaji budaya yang ada di Lombok serta kaitannya dengan keberagaman adat yang kadang tidak ada pertautan antara daerah yang satu dengan lainnya walaupun masih dalam lingkup satu suku. Seperti yang ditampilkan ikatan Mahasiswa Lombok Utara yang ada di Jogjakarta beberapa minggu lalu, dengan Konsep acara Gawe Beleq Lombok Utara mereka menampilkan beberapa adat dan tradisi lokal yang ditampilkan di Arena Monumen Serangan Umum 1 Maret.