Mohon tunggu...
Bahrul Wijaksana
Bahrul Wijaksana Mohon Tunggu... Relawan - Profesional dalam bidang transformasi konflik, memiliki ketertarikan khusus pada isu-isu perdamaian, toleransi, pengambangan budaya damai.

Tinggal di Cirebon, saat ini adalah mahasiswa Magister Psikologi Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta. Menekuni bidang pengembangan budaya perdamaian.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Jurnalistik dan Virtue Signaling: Perspektif Representasi Sosial

19 Januari 2021   12:29 Diperbarui: 20 Januari 2021   15:27 1169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Konsep-konsep ini digerakan melalui komunikasi, pemahaman dan kemampuan untuk mengetahui dunia sosial, material dan lingkungannya (milleu). Sebagai sebuah kerangka kerja teoritik, RS digambarkan sebagai proses penciptaan makna (creation of meaning) oleh kelompok-kelompok sosial tertentu untuk menafsirkan hal-hal atau kejadian baru seperti bencana atau wabah dengan mempertanyakan pandangan mereka atas hal-hal tersebut (Moloney, Gamble, Hayman, Smith, G. 2015.)

Moscovici menjelaskan bagaimana RS dibentuk dengan menyebut metafora 'ilmuwan amatir': setiap orang memilih, mengukir dan mengklasifikasikan informasi yang tidak diketahui dengan cara yang mirip seperti pembuat dokumenter dan mengintegrasikannya dalam alam semesta yang sama , tanpa dibatasi oleh ketelitian dan kehati-hatian spesialis. 

Sekalipun ide dan istilah baru tidak tersebar luas secara aktif, orang biasa terus mencari penjelasan, eksplorasi ini dilatarbelakangi oleh kurangnya pemahaman tentang istilah dan ide masing-masing. Menurut Moscovici (Moskovici dan Markova 1998, p. 412), tujuan dari upaya semacam itu bukanlah untuk melanjutkan proses pengetahuan, tetapi untuk diperbarui dan untuk mengisi kekosongan.

Dari aspek kognisi, Moscovici bersikeras untuk membedakan antara RS, di satu sisi, dan mitos, stereotip, opini dan sikap, di sisi lain. Baginya, tiga yang terakhir mewakili "jawaban jangka pendek pada objek itu sendiri" sementara representasi adalah fondasi yang mendasari ketiganya (Voelklein & Howarth, 2005). 

Mitos milik dunia kuno, sedangkan representasi milik masyarakat yang sebenarnya; yang pertama dianggap sebagai ilmu mutlak sedangkan yang kedua hanya salah satu cara untuk mengetahui dunia konkrit (Moscovici, 1998). Sebuah opini mewakili, di satu sisi, "formula yang secara sosial dihargai terhadap subjek dan, di sisi lain, posisi terhadap isu kontroversial masyarakat" (Moscovici, 1998). Pendapat tidak menyajikan secara rinci konteks di mana mereka dikeluarkan atau konsep yang menjadi fondasinya - inilah mengapa pendapat memiliki karakter parsial dan kurang stabil.

Hubungan antara RS dan sikap lebih kompleks. Markova (dalam Moscovici & Markova, 1998, hlm. 382) menyebutkan bahwa ahli teori-teori behaviorist di Amerika serikat - pendukung pentingnya sikap dan pemisahan mereka dari representasi- secara keliru mengklasifikasikan sikap sebagai individu sementara mereka mengklasifikasikan RS sebagai kolektif. 

Menurut Moscovici, sikap mempelajari "hubungan antara pikiran dan objek", tetapi tidak ada yang dapat memiliki pemikiran tentang suatu objek tanpa representasi dari objek itu (Moscovici & Markova, 1998, hlm. 380). Jadi, memiliki sikap sebenarnya berarti mengungkapkan sikap terhadap representasi Anda sendiri yang Anda miliki tentang objek itu. Baginya sikap tidak bertentangan dengan representasi, tetapi mewakili salah satu dimensi yang terakhir - tiga dimensi adalah sikap, informasi, dan citra.

Moscovici merancang RS tersebut sebagai konsep berwajah banyak yang berfokus pada sistem nilai, ide, gambar, dan praktik, sehingga RS menjadi keduanya; proses kognitif dan sosial. Seperti yang digarisbawahi oleh Wagner (1995), kognisi itu sendiri bersifat sosial karena berkembang melalui interaksi sosial. Dia menekankan pentingnya budaya yang mewakili kerangka kognisi, memungkinkan pembentukan, penyebaran dan transformasi RS yang spesifik.

Dalam cara pandang RS, tidak ada separasi antara pengirim, pesan, kanal/media yang dipergunakan dan pengirim pesan seperti yang secara jelas dibedakan oleh pendekatan klasik tentang perkembangan kognisi. Menurut RS, seorang pengirim pesan sangat paham pesan apa yang paling tepat untuk dikirim pada penerima pesan yang ia sasar. 

Dengan kata lain, Ketika pesan itu diciptakan pengirim pesan telah memerhatikan (bearing in mind) hubungan sosial yang dimiliki atau ingin dimiliki dengan penerima pesan yang ia sasar. Ia juga mengetahui bahwa pesan yang dikirimnya itu akan memiliki pengaruh pada pendapat atau gagasan, sikap, stereotip bahkan mendorong sikap-sikap tertentu.

Dalam kasus pelarangan virtue signaling seperti yang terjadi di Indonesia dan Inggris kita dapat duga bahwa pimpinan BBC mengetaui bahwa pegawainya (terutama jurnalis, komentator dan pembawa acara yang popular dan kritis) kerap mengekpresikan pandangan berbeda dengan pemerintah atau dengan kebijakan internal BBC. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun