Aturan virtue signaling
Istilah virtue signaling semakin popular setelah pada 28 Oktober 2020, BBC, megeluarkan peraturan baru bagi para jurnalisnya untuk tidak menunjukkan virtue signaling pada pandangan-pandangan politik tertentu.Â
Dalam peraturan yang ditandatangani Tim Davie, Direktur Umum, BBC melarang jurnalis menggunakan akun sosial medianya untuk mendukung atau menolak isu-isu politik, kampanye atau aktivisme sosial lainnya betapapun pentingnya isu tersebut untuk kepentingan publik.Â
BBC mengatakan, tujuan peraturan baru ini agar jurnalis BBC menjaga imparsialitasnya atas satu pandangan politik agar kerja-kerja jurnalistik mereka tidak terganggu dengan pandangan pribadinya. Peraturan ini juga melarang jurnalis hadir dan terlibat langsung dalam massa protes, meskipun dalam kapasitas ribadi untuk menghindari tudingan BBC berpihak.Â
Tim Davies tegas mengatakan bahwa jika jurnalis di tempatnya ingin jadi seorang komentator, tim kampanye, atau penulis kolom dengan opini sendiri, boleh saja. Tapi ia tak akan bisa bekerja di BBC. Bagi Davies, pegawai harus menomorduakan citra diri (personal brand) yang berusaha dibangun melalui sosial media dan mengutamakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pegawai BBC.
Belum diketahui apakah media-media di Indonesia mengikuti langkah BBC untuk melakukan pelarangan serupa. Media-media di Indonesia pernah melewati dogfight (pertarungan udara) selama pemilihan presiden dan gubernur Jakarta, antara 2014-2018. Media terbelah dalam pro-Jokowi dan pro-Prabowo menyisakan persoalan-persoalan sosial dan sosial media hingga kini.Â
Dalam ranah jurnalis, Indonesia mengenal Kode Etik Jurnalisme Indonesia yang prinsipnya menekankan sikap imparsial dan menyampaikan kebenaran. Akan tetapi dapat dipastikan bahwa pada masa-masa genting tertentu jurnalis harus mengikuti arahan pemilik perusahaan yang umumnya berkepentingan secara langsung dan tidak langsung pada hasil satu kompetisi politik.
Â
Virtue Signaling dari Perspektif Representasi Sosial
Istilah 'Representasi Sosial' (RS) pertama kali muncul pada tahun 1961, Serge Moscovici dapat dipandang sebagai pelopor gagasan ini. Moscovici sendiri tidak membuat definisi khusus tentang RS. Ilmuwan psikologi mendukung gagasannya mengembangkan batasan-batasan tersendiri tentang RS yang lebih tepat untuk keperluan studinya.Â
Jodelet (2011) menyebut RS sebagai teori yang berupaya untuk mengkonseptualisasi sebuah sistem informasi, kepercayaan, pendapat dan sikap atas sebuah debat tertentu.Â