Mohon tunggu...
Mikchel Naibaho
Mikchel Naibaho Mohon Tunggu... Novelis - Pembaca. Penjelajah. Penulis

Pegawai Negeri yang Ingin Jadi Aktivis Sosial

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Romantika Seorang Pejuang

14 Maret 2018   06:20 Diperbarui: 14 Maret 2018   08:54 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: cambridgeblog.org

Semua stasiun televisi yang ada, menyiarkan operasi tangkap tangan sebagai berita. 'Tumbangnya Sang Teladan' begitu salah satu dari mereka menyebutnya. 

Biasanya aku akan tersenyum sinis bila melihat seorang pejabat atau salah satu wakil rakyat, ditahan karena korupsi atau menerima suap. Tetapi kali ini aku terperanjat. Diam di sebuah kursi lusuh di dalam ruang pengap, di sebuah sudut Ibukota yang padat.

Jiwaku terguncang. Asa serasa melayang. Sang teladan itu ternyata dosenku. Guru besar yang telah menjelma bagai orangtua sekaligus sahabat bagiku. Dunia serasa berhenti, tersentak pilunya sebuah tragedi.

Hari yang telah kami lewati, melakonkan dia sebagai seorang dosen yang menjadi motivator saat jiwa butuh dorongan. Yang menjadi pencerah saat mataku dihalang kegelapan. Yang menjadi sahabat dalam kesukaran.

"Aku sangat mengenal Pak Budi. Beliau orang baik, sangat religius dan murah hati. Aku sangat yakin, ada konspirasi besar di balik semua ini," komentar salah seorang bekas mahasiswa beliau di televisi, yang kini menjadi seorang politisi.

Sedikit aku terobati. Namun pikiranku tidak lari pada teori konspirasi. Tetapi pada idealisme yang terbeli. Idealisme, yang ternyata oleh rupiah dapat dilampaui.

Kini, apa yang pernah beliau bicarakan, seperti hanya retorika untuk mencari keuntungan pribadi. Ketika topeng itu terlepas, tampaklah bagaimana buruknya wajah yang bersembunyi dibalik teori-teori yang membentuk mimpi indah kami.

Saat ini, setelah kami bertekad mewujudkan mimpi-mimpi, kemana lagi kami akan mengadu? Kemana lagi kami bertukar pikiran? Kemana lagi kami berharap motivasi?

Sang teladan telah tumbang. Nasib pengikutnya belum bisa dipastikan. Mungkin ada yang akan meneladani dengan ikut merusak negeri. Mungkin ada yang tetap mempertahankan idealisme dan mewujudkan mimpi. Atau mungkin ada yang mengubur idealisme dan mencari kebahagiaan di lain sisi.

Aku cenderung pada kemungkinan terakhir. Tetapi sebelum membuat keputusan pasti, aku ingin bertemu Pak Budi. Pak dosen yang membentuk dan menjaga mimpi. Mimpi untuk mewujudkan kedamaian, kesejahteraan, dan keadilan bagi seluruh negeri.

*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun