Beberapa refleksi tentang filosofi pendidikan humanistik terjadi pada abad ke-5 SM di Athena, pada abad 1 di Roma, Reformasi industri abad ke-16 di Inggris, Era Pencerahan pada kurun abad ke-18 di Eropa, dan tahun 1960an dan 70an di Amerika. Dalam setiap periode sejarah ini, pendidikan humanistik memanifestasikan dirinya secara berbeda tergantung pada kebutuhan masyarakat (Leach, 2012).
Sebagai contoh terdekat adalah bangkitnya humanistik di Amerika sekitar Enam puluh tahun yang lalu, pada saat itu Amerika Serikat sedang bangkit dari masa ketika penduduknya menderita kesulitan ekonomi akibat depresi besar, pengorbanan nyawa serta kekayaan selama Perang Dunia II.Â
Selama periode ini, teori psikolog Abraham Maslow dan Carl Rogers mempengaruhi para pendidik yang menyadari pentingnya memperkenalkan humanisme. Salah satu hasilnya adalah perhatian yang lebih besar diberikan pada dimensi pribadi dibandingkan dengan dimensi intelektual peserta didik (Samuels, 2013).
Menjelang Awal dekade pertama abad ke-21, tampaknya di balik perbedaan penekanan dan formulasi yang didefinisikan oleh para ilmuwan, terdapat kesepakatan luas bahwa filosofi Humanistik terdiri dari pandangan dunia kosmopolitan dan kode etik yang mengedepankan peningkatan pembangunan dan kesejahteraan manusia.
 Martabat manusia menjadi tujuan akhir dari seluruh pemikiran dan tindakan manusia, yang diinterpretasikan dalam bentuk prioritas pada nilai-nilai kemanusiaan, kesetaraan, pertumbuhan dan solidaritas di atas nilai-nilai alternatif apa pun (Aloni, 2007).
Sedangkan menurut Veugelers (2007) Pendidikan dalam perspektif Filsafat humanistik menitikberatkan pada pengembangan rasionalitas, otonomi, pemberdayaan, kreativitas, kasih sayang dan kepedulian terhadap kemanusiaan. Berdasarkan pendekatannya, Moskowitz (1978) menyatakan bahwa " ada dua pendekatan utama dalam pendidikan humanistik, pertama adalah pada perasaan.Â
Pendidikan humanistik berfokus pada fakta bahwa pembelajaran dipengaruhi oleh apa yang dirasakan peserta didik tentang diri mereka sendiri". Kedua adalah menonjolkan keunikan masing-masing individu. Mengaktualisasikan diri berarti berfungsi semaksimal mungkin".
Pengetahuan humanistik ditujukan untuk mempersiapkan peserta didik menghadapai masa depan dengan memberikan ruang bagi peserta didik untuk mengidentifikasi relevansi dari pemahaman yang mereka dapatkan.Â
pengetahuan humanistik memberikan lensa yang kaya untuk melihat dunia lebih jauh dengan penuh empati. Memberikan makna dan konteks untuk apa yang perlu dipelajari dan bagaimana peserta didik bertindak berdasarkan pengetahuan tersebut. (Henrik sen, Mehta, & Mishra, 2014).Â
Menurut Whitehead dan Dewey, pengetahuan humanistik tidak dapat diidentifikasi dengan bidang pembelajaran apa pun selain kehidupan manusia itu sendiri, dengan menawarkan kebebasan dan kreatifitas yang dapat digunakan untuk membangun dirinya sendiri.Â
Dengan kata lain, jantung dari materi pengetahuan Humanistik adalah seni kehidupan. Jenis pengetahuan seperti inilah yang sangat relevan dan dibutuhkan oleh peserta didik karena disiplin pengetahuan dasar tidak mengajarkan cara hidup pada praktik keadaan nyata secara rinci.