Ia terima segepok amplop yang lebih besar dari yang ia terima ketika Tuan besar mampir ke rumahnya. Di masukkan amplop itu ke dalam tasnya. Dan kini ia resmi sebagai staf humas Tuan besar. Kunjungan pertamanya ke sesepuh anak pulau.
“Aku senang kau sudah bekerja lagi,” ujar sesepuh anak pulau.
“Rezeki Tuhan memang tidak ke mana,” sahutnya kemudian.
Melihat gelagat yang terbaca sesepuh anak pulau, “Ada yang ingin kau sampaikan, rus?”
Masih dalam kebimbangan Rusmana mengatakan yang sebenarnya. Ia perlu diam sebentar mengatur kosakata yang tepat untuk disampaikan.
“Melihat perkembangan anak pulau ini, Tuah,” Rusmana mengatur penyampaian berikutnya.
“Ada apa rus, bukannya anak pulau ini memang begini adanya.”
“Maksud aku, apakah tidak ada usaha dari kita untuk menambah lebih dari keberadaan anak pulau ini.”
Tuah masih belum mengerti arah pembicaraan Rusmana. Keningnya mengeryit. Alisnya menyatu dengan suasana di beranda. Rusmana semakin dibuat bingung oleh keadaan.
“Begini Tuah, aku rasa anak pulau kita ini pantas untuk dijadikan objek wisata. Yang dengan begitu akan membuka banyak lapangan pekerjaan.”
Akhirnya Rusmana menemukan penjelasan yang pas. Tuah diam sejenak. Mengingat panas yang menyengat terasa mengeringkan tenggorokan.