"Loh kok bisa gitu? Kan saya sudah memesannya dari kemarin, harusnyadipersiapkan dari kemarin juga!" Tegas istriku memarahi petugas hotel.
"Ssstt... gak usah marah-marah sayang. Kita nurut aja, mending kita makan dulu yuk. Biar tenaganya banyak." Rayu selingkuhan istriku.
Mereka berdua bergegas meinggalkan lokasi itu. Kesempatanpetugas hotel terbuka lebar. Ia beranjak kedalam dan menaruh sebuahkamera.
Beberapa jam kemudian, istriku memasuki kamar itu. Kemudian disusul oleh selingkuhannya. Kesempatan itu, mereka gunakan untuk bermesraan. Tanpa memikirkan beban. Tanpa memikirkan perbuatanya kalau itu adalah dosa. Kenikmataan sesaat telah meracuni pikiran mereka bedua.
***
Satu bulan berlalu. Aku benar-benar kelhilangan kontak istriku. Hati dan pikiranku semakin berantakan. Aku memutuskan untuk meninggalkan pkerjaanku. Walau resikonya adalah dipecat. Semua aku lakukan adalah untuk keluargaku.
Tiba dirumah, kondisi rumah cukup berantakan. Istri tak ada, anakpun tak terlihat. Aku mencoba memanggil istriku disetiap sudut ruangan.
"Sayang... Sayang..."
Persaanku semakin gelisah. Namun, kedatangan tetanggaku telah mengubah perasaanku.
"Bapak... Saya mau kasih tahu ke bapak!" teriak tetanggaku sambil berlari ke arahku.
"Ada apa, Bu?"