“Guy! Suaranya dari arah kiri! Jelas banget!”
“Coba kamu dengar, benarkan suaranya dari arah sana?” Sambil menunjukkan jarinya ke arah rerimbunan pohon di depan sana,
“Benar! Suaranya dari arah sana...”
“Ayo gank! Kita let’s go!”
Dengan semangat 45 kami pun melangkah berharap secercah asa dapat kami raih. Keadaan memang sedikit mengenaskan, karena persedian air sudah tidak ada lagi dan makanan kecil pun telah ludes yang tersisa tinggal-lah sepotong gula merah. Perbekalan utama ada di rombongan, sedangkan kami hanya membawa perbekalan apa adanya untuk mengisi kekosongan perut selama perjalanan. Terbayang sudah dalam benak kami untuk mendapatkan setetes air pelepas dahaga dan sepotong roti isi selesai kacang...ehmm! atau lebih mantapnya mendapatkan seloyang pizza dengan pinggirannya yang berisi keju lumer....alamak...pasti yummy!. Sepertinya kalbu kami sudah mulai di hantui perasaan berjuta ke-inginan...ingin minum...ingin makan...ingin tidur...dan segala macam awalan ingin. Apalagi saat piaraan abadi, cacing-cacing nakal di dalam perut ini sudah mulai menendang-nendang dan berteriak kelaparan....tambah parno aja dah....halu dibuatnya!. Tiba-tiba saja.......
“Ada rumah...ada rumah! Lihat di depan sana! Suara gamelan pun semakin riuh”
“Sepertinya ramai sekali, coba dengar! Seperti sebuah lakon wayang golek!”
“Bener cin! Lagi keluar punakawan sepertinya”
“Punakawan?...”
“Itu lo yang suka ‘ngelucu’ kaya *Opera Van Java, kalo di wayang golek ada Petruk, Gareng, Bagong dan Semar”
“Oh gitu toh, sering nonton wayang golek yah?”