Mohon tunggu...
Bagas SetyoNugroho
Bagas SetyoNugroho Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Berselancar Pada Media Social

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perubahan Identitas Sosial Masyarakat akibat Arus Media Sosial

6 Januari 2024   16:30 Diperbarui: 6 Januari 2024   16:34 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang nggak tahu media sosial? Platform interaksi online ini udah jadi raja di dunia komunikasi global. Mulai dari Facebook, Instagram, Twitter, sampe platform lainnya, media sosial udah jadi bagian hidup sehari-hari, bikin kita terhubung tanpa batas,berawal dari perkembangan teknologi, media sosial sekarang jadi cermin digital yang mencerminkan kehidupan masyarakat modern. Dari pada cuma buat sharing momen pribadi, media sosial sekarang jadi panggung utama buat perubahan sosial. Tapi, selain memberi kemudahan dan keuntungan, media sosial juga punya tantangan dan dampak yang mesti diperhatiin lebih dalam.Yuk, kita lihat lebih dekat gimana peran media sosial yang kompleks ini ngubah dinamika sosial, ngaruhin kehidupan sehari-hari, dan membentuk cara kita lihat dunia.

Terjadinya Perubahan identitas sosial dapat terjadi sebagai respons terhadap berbagai faktor, seperti pengalaman hidup, perubahan situasional, atau perkembangan pribadi. Hal ini mencakup pemahaman lebih dalam terkait dengan siapa mereka sebenarnya, peran mereka dalam masyarakat, dan bagaimana mereka dilihat oleh orang lain.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perubahan identitas sosial melibatkan pengaruh budaya, perubahan lingkungan, pengalaman personal, serta interaksi dengan kelompok-kelompok sosial tertentu. Perubahan ini bisa bersifat gradual atau tiba-tiba, dan individu mungkin mengalami pergeseran dalam cara mereka memandang diri mereka dan bagaimana mereka berinteraksi dengan lingkungan sekitar.secara umum, perubahan identitas sosial mencerminkan proses adaptasi dan integrasi nilai-nilai, keyakinan, dan peran sosial baru ke dalam konsep diri individu atau kelompok. Hal ini dapat terjadi sepanjang siklus hidup seseorang atau sebagai respons terhadap peristiwa-peristiwa khusus dalam kehidupan mereka.

Cooley memperkenalkan konsep "cermin diri" yang menyatakan bahwa identitas sosial terbentuk melalui refleksi diri dari pandangan orang lain. Proses ini disebut sebagai "perasaan pandangan orang lain," di mana individu membentuk konsep diri mereka berdasarkan bagaimana mereka percaya orang lain melihat mereka (Charles Horton Cooley) 

Masyarakat, sebagai entitas kompleks yang terbentuk oleh interaksi antara individu-individu yang hidup bersama dalam suatu wilayah, memainkan peran sentral dalam membentuk dinamika sosial dan kultural suatu tempat. Pemahaman mendalam tentang masyarakat tidak hanya merinci struktur organisasionalnya, tetapi juga mengeksplorasi norma-norma, nilai-nilai, dan budaya yang membentuk karakteristik uniknya.

Masyarakat menjadi tempat di mana individu menemukan identitas, membangun hubungan sosial, dan memahami peran mereka dalam kerangka sosial yang lebih besar. Dalam konteks ini, keberadaan norma dan nilai menjadi landasan yang mengarahkan perilaku dan interaksi sosial, menciptakan keseimbangan yang diatur dan dinamika yang berkembang,tidak hanya sebagai sekumpulan individu yang tinggal di suatu lokasi, masyarakat juga mengandung sejarah, warisan budaya, dan pola pola yang berkembang seiring waktu. Adanya struktur sosial dan organisasi masyarakat, baik yang bersifat formal maupun informal, membentuk kerangka kerja untuk kehidupan sehari-hari.

Seiring dengan globalisasi dan kemajuan teknologi, masyarakat menghadapi tantangan dan peluang baru. Interkoneksi global membawa perubahan dalam cara masyarakat berinteraksi, berbagi informasi, dan membentuk identitas kolektif. Oleh karena itu, pemahaman tentang masyarakat juga harus melibatkan analisis terhadap perubahan sosial, dinamika perkembangan, dan adaptasi terhadap perubahan lingkungan.

Dalam eksplorasi lebih lanjut tentang masyarakat, kita dapat meresapi keragaman budaya, memahami peran institusi sosial, dan merenung tentang dampak teknologi terhadap struktur masyarakat. Melalui pendekatan yang holistik, kita dapat menggali esensi masyarakat sebagai wadah kehidupan sosial dan budaya yang terus berkembang.

Menurut Durkheim, seorang sosiolog Prancis, masyarakat adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari norma-norma, nilai-nilai bersama, dan struktur sosial yang mengarah pada integrasi sosial. Ia menekankan pentingnya solidaritas sosial sebagai perekat masyarakat(emile durkheim) 

Masyarakat sebagai kumpulan individu yang berbagi kepentingan bersama dan bertindak berdasarkan nilai dan norma bersama. Konsep "tindakan sosial" menjadi sentral dalam pemahaman Weber tentang interaksi sosial(Max Weber) 

Media sosial adalah bentuk media daring yang memungkinkan pengguna untuk berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan konten, termasuk blog, jejaring sosial, wiki, forum, dan lingkungan virtual. Blog, jejaring sosial, dan wiki merupakan varian umum dari media sosial yang populer di seluruh dunia. Dalam perspektif lain, media sosial diartikan sebagai media daring yang mendukung interaksi sosial, menggunakan teknologi berbasis web untuk mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif.

Definisi dari Andreas Kaplan dan Michael Haenlein menyatakan bahwa media sosial adalah kumpulan aplikasi berbasis internet yang dibangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0. Media sosial memungkinkan penciptaan dan pertukaran konten yang dihasilkan oleh pengguna. Sebagai contoh, jejaring sosial adalah platform di mana setiap individu dapat membuat halaman web pribadi dan terhubung dengan teman-temannya untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Jejaring sosial terkemuka termasuk Facebook, Myspace, Twitter, TikTok, dan lainnya.

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam dinamika hubungan sosial atau transformasi keseimbangan dalam hubungan sosial dan semua bentuk modifikasi pada struktur lembaga kemasyarakatan dalam suatu lingkup berdampak pada sistem sosialnya. Hal ini mencakup perubahan nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Kemajuan ini memungkinkan masyarakat untuk berinteraksi langsung dengan kepala negara melalui media sosial guna menyampaikan saran, kritik, dan ide yang konstruktif. 

Dampak negatif dari perubahan identitas sosial pada masyarakat melibatkan seringnya timbulnya konflik antar kelompok dengan latar belakang suku, ras, atau agama. Beberapa kelompok, yang mengidentifikasi diri mereka dengan suatu agama dan memiliki pengikut yang besar di media sosial, cenderung memanfaatkan momen tertentu untuk mengorganisir massa dalam kegiatan tertentu. Secara langsung, media sosial memengaruhi pembentukan kelompok sosial ini dengan menanamkan prinsip, nilai, dan akidah tertentu untuk membawa perubahan dalam sistem. Bahkan, kelompok-kelompok ini melalui media sosial dapat dengan mudah memengaruhi stabilitas sebuah negara. Selain itu, ketidaksetaraan sosial yang sering kali menjadi sumber komentar dapat memicu konflik sepeeti pola perilaku yang dianggap menyimpang dalam masyarakat, seperti komunitas LGBT juga seringkali menjadi sorotan di media sosial.

Dari perspektif interaksi sosial, perubahan sosial di masyarakat terjadi karena semakin mudahnya manusia berkomunikasi melalui media sosial. Interaksi sosial di dunia nyata mengalami penurunan karena manusia tidak lagi perlu bertemu langsung untuk berkomunikasi,hal ini membentuk pola hidup masyarakat yang lebih tertutup.Secara keseluruhan, perubahan identitas sosial melalui media sosial membawa dampak kompleks pada relasi sosial, lembaga kemasyarakatan, dan interaksi dalam masyarakat. Meskipun memungkinkan partisipasi langsung dan komunikasi yang efisien, perkembangan ini juga menimbulkan tantangan baru, seperti konflik dan perubahan pola hidup yang dapat memengaruhi stabilitas masyarakat secara keseluruhan maka dari itu terdapat resolusi yang harus kita lakukan untuk menanggulangi permasalahan sosial ini agar tidak semakin parah seperti pada hal berikut 

Melalui Pendidikan multikultural 

Dengan merangkum sebuah paradigma pendidikan yang mendasarkan diri pada prinsip-prinsip keberagaman dan inklusivitas. Dalam menghadapi dunia yang semakin terglobalisasi, pendidikan multikultural menjadi semakin penting untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang mencerminkan kompleksitas dan keragaman masyarakat.Pendidikan multikultural bukan sekadar konsep, melainkan suatu kerangka kerja yang mempromosikan pemahaman, penghargaan, dan penerimaan terhadap berbagai identitas sosial, seperti suku, ras, agama, bahasa, orientasi seksual, dan latar belakang budaya. Pendekatan ini bertujuan untuk membentuk individu yang tidak hanya kompeten secara akademis, tetapi juga peka terhadap perbedaan dan mampu berinteraksi secara positif dalam masyarakat yang semakin plural.

Dengan mengakui dan merangkul keanekaragaman, pendidikan multikultural tidak hanya membentuk warga negara yang berkompeten dan peka terhadap perbedaan, tetapi juga menciptakan masyarakat yang inklusif, adil, dan berdaya. Oleh karena itu, dalam konteks globalisasi ini, pendidikan multikultural bukan sekadar pilihan, melainkan suatu keharusan untuk membangun masyarakat yang harmonis dan berkelanjutan.

Dengan Literasi Media Sosial

Literasi media sosial bukan hanya tentang kemampuan teknis untuk menggunakan platform-platform tersebut, tetapi juga mengenai pemahaman mendalam terhadap informasi yang disajikan, kritis terhadap konten yang dikonsumsi, dan kemampuan untuk berpartisipasi secara etis di dunia maya. Oleh karena itu, pelatihan literasi media sosial menjadi suatu kebutuhan mendesak di tengah meningkatnya penetrasi dan dampak media sosial dalam masyarakat.

Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana media sosial mempengaruhi cara kita berinteraksi, memahami, dan merespons informasi. Selain itu, pelatihan ini juga memberikan alat dan keterampilan praktis yang diperlukan untuk mengelola secara cerdas dan efektif aktivitas di media sosial meliputi cara mengidentifikasi dan mengatasi informasi palsu, memahami dampak media sosial terhadap kesehatan mental, dan membentuk perilaku online yang positif dan bertanggung jawab melalui media sosial.

Melek Agama Melalui Media Sosial 

Literasi konten media sosial seputar agama tidak hanya mengacu pada pemahaman dasar terhadap keyakinan dan praktik keagamaan, tetapi juga melibatkan kemampuan kritis untuk menilai keberimbangan, keakuratan, dan konteks dari informasi yang disajikan. Ini mencakup mengidentifikasi informasi palsu atau tendensius yang dapat merugikan dialog antaragama dan menciptakan ketegangan dalam masyarakat.

Mengingat sensitivitas isu-isu keagamaan, literasi konten media sosial di bidang ini akan mencakup pembahasan seputar penyebaran informasi palsu yang dapat merugikan citra suatu agama, pengaruh terhadap stereotip, dan bagaimana membangun dialog yang saling menghormati di dunia maya iini diharapkan dapat memberikan peserta pengetahuan dan keterampilan untuk berinteraksi secara positif dengan konten keagamaan, memahami keragaman keyakinan, dan meminimalkan risiko konflik serta untuk mencegah dari  perilaku penyimpangan dan intoleransi dalam lingkungan digital. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun