“Pak Jono minta maaf ya pak selama ini Jono gak bisa merawat bapak dan ibu karena tuntutan kerja” kata Jono meminta maaf kepada Bapak
“Lantas kamu masih berapa lama Jon mau kerja disana …? Apa kamu besok juga tidak mau pulang saat mendengar kematian Bapak…? Seperti dulu waktu kamu mendegar kabar Ibumu itu, jika kamu mau menemani bapak di akhir usia bapak carilah kerja lain saja, abangmu kan juga sudah punya usaha cobalah kerjasama untuk buka cabang atau membuka bisnis baru” kata bapak,
Setelah itu bapak terlihat berjalan pergi meningalkan Jono, aku mendatangi Jono.
“Sudahlah jagan di terlalu memikirkan itu, biasa bapak hanya takut kamu terlalu sibuk kerja sehinga lupa dengan siapa orang tuamu. Selama kamu masih bisa meluangkan waktu pulang banyak banyaklah diskusi dengan bapak, agar bapak merasa tidak kehilangan anak ke duanya” kataku lirih
“Apa yang harus aku lakukan bang…?, Apa aku berhenti kerja dan cari kerja lain…? tapi sebentar lagi setelah Bapak Tomo menejer ku itu pensiun aku yang mengantikan posisinya, kalau aku berhenti aku sudah tidak punya harapan untuk menjadi menejer disana mengantikan Pak Tomo padahal posisi itu yang dari dulu ku inginkan”. Kata Jono
“Heheheh… kehidupan memang seperti itu Jon, keinginan dan kenyataan akan terus berbenturan, saat itulah kamu belajar dan di ajar menjadi manusia sebenarnya” kataku lirih, Jono yang masih terlihat binggung untuk mengambil keputusannya itu menunduklan kepada dengan wajah yang masih penuh rasa bersalah. Suasana hening, aku menunggu Jono untuk berbicara, tetapi tak kunjung aku mendegar suaranya dan aku kembali member penjelasan kepada Jono.
“Hidup ini bagian dari perjalanan, dan dalam perjalanan itu kamu akan terus mengalami benturan benturan, nah dari benturan benturan itulah kamu akan mendapatkan pengalaman sehinga akan semakin dewasa jika kamu belajar dari pengalaman pengalamanmu itu, didalam kehidupan kamu akan di hadapkan dengan pilihan pilihan, diantara pilihan pilihan itu kamu harus pahami semua resiko dan kemungkinan yang akan terjadi, agar ke depannya kamu tidak begitu kecewa dengan pilihanmu jika memang salah, soal kamu berhenti apa tidak itu hanyalah sebuah pilihan Jon” kataku kepda Jono.
Sambil berjalan mengambil minum, aku kembali menegaskan kepada Jono yang masih terlihat bingung untuk memutuskan pilihannya,
“Sekarang kamu memilih mengejar karir atau memilih merawat orang tuamu, kamu harus bisa memastikan kemungkinan kemungkinan yang terjadi dan siap akan resikonya”, kataku sambil kembali duduk dan menaruh gelasku di atas meja.
“Menurut pendapatmu bang aku harus gimana ? kalau abang berada di posisiku sekarang…?” Tanya jono memotong penjelasanku, ia memaksaku memberikan pilihan apa yang harus di ambil Jono dalam masalah ini, dan aku memberikan pilihan agar Jono berhenti dari kerjaannya dan mencari kerjaan baru yang dekat dengan orang tua sesuai ke inginan bapak.
“Aku memili kuluar Jon, mencari kerjaan baru agar bisa merawat dan membuat lega hati orang tua, memang karir itu penting apa lagi kita ini laki laki, tapi tangung jawab seorang anak untuk mengurus orang tuanya juga tak kalah penting”, mendegar itu Jono lantas melihatku seakan akan ia benar benar terpukul karena selama ini belum bisa merawat kedua orang tuannya, dengan menepuk pundaknya aku kembali mengatakan kepada Jono bahwa yang terpenting dalam hidup itu bukan lah karir melainkan tanggung jawab.