Mohon tunggu...
Bagas Kurniawan
Bagas Kurniawan Mohon Tunggu... Auditor - Saya merupakan seorang lulusan Bioteknologi dengan cabang ilmu teknologi pangan. Saya sangat menyukai perkembangan industri pangan, namun tidak hanya sebatas itu saja tetapi merambah ke dunia farmasi dan keamanan pangan.

Saya merupakan seorang praktisi di bidang keamanan pangan dan sistem manajemen mutu yang ingin berbagi pengetahuan yang saya miliki untuk membangkitkan minat literasi kita. Saya memiliki latar belakang pendidikan ilmu Bioteknologi dengan cabang ilmu Teknologi Pangan. Konten yang akan saya buat, tidak akan jauh dari informasi mengenai dunia sains dan pangan. Keinginan saya untuk berperang melawan informasi hoax dan informasi sains yang palsu (pseudosains) mendorong saya untuk berkarya melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Makanan Bebas Gluten dan Susu Nabati itu "Lebih Sehat" ?

4 Januari 2025   18:56 Diperbarui: 4 Januari 2025   18:56 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi roti dengan gluten | Sumber gambar: Wesual Click

Saat itu, sekitar di tahun 2020, ketika kesadaran akan kesehetan semakin meningkat, kita pasti menjumpai banyak sekali restoran yang menjual menu-menu sehat, sampai dibantu untuk dihitung kalorinya supaya dapat "menambah" nilai jual dari produk yang mereka tawarkan. Memang betul dan itu adalah label tambahan yang sangat membantu bagi mereka yang memiliki pertimbangan dengan asupan kalori harian.

Selain itu, ada lagi inovasi lain bahwa makanan yang rendah kalori tapi tetap manis, alhasil pemanis stevia, yang manisnya 200-300x dari pada gula sukrosa, dipilih sebagai pemanis alami yang hampir tidak ada kalori. Sehingga, kalori makanan manis yang biasanya "menyeramkan" seperti kue dan es krim, bisa "ditekan" supaya tetap rendah.

Lalu, inovasi selanjutnya, banyak yang menggemakan tentang makanan yang berbahan dasar tumbuhan atau kita sebut sebagai plant based. Pada saat itu (hingga sekarang), makanan berbahan dasar tumbuhan ini cukup menghebohkan pasar industri pangan karena mampu mengubah persepsi kebanyakan orang. Apa yang diubah? Jadi, inovasi ini mengubah sudut pandang bahwa makanan dari tumbuhan tidak akan pernah bisa menyerupai seperti daging-dagingan. Ternyata pas dicoba, hasilnya bisa mirip dan akhirnya banyak yang menyukainya.

Nah, akhirnya sampai di pembahasan utama saya, yang ingin menekankan tentang pangan alternatif khusus untuk penderita masalah klinis tertentu. Sebut saja, kita diperkenalkan dengan makanan yang bebas gluten dan "susu" dari tumbuhan seperti oat dan kacang kedelai. Di momen yang sama saat itu, kedua pangan ini seakan diperkenalkan sebagai alternatif yang lebih menyehatkan dibandingkan makanan yang mengandung gluten dan susu hewani (untuk susu hewani saya menekankan di sapi ya).

Pada akhirnya, dibantu dengan adanya peran seseorang yang FOMO (Fear of Missing Out), mampu memberikan dampak (influence) besar, sehingga banyak pengusaha yang akhirnya mencoba beralih atau memberikan varian lain dalam produknya mereka. Seperti halnya untuk kedai kopi yang biasanya menjual kopi susu dengan susu sapi, kini ada varian lain seperti "susu" oat, kedelai, dan almond atau mereka menjual kukis tanpa menggunakan tepung terigu karena mengandung gluten.

Tapi, apakah kebanyakan dari pasar menyadari untuk siapa target market yang "seharusnya" mengonsumsi pangan alternatif itu? Ya, kebanyakan dari mereka hanya mengikuti tren yang sedang terjadi. Ada beberapa orang disekitar saya, ketika mereka membeli produk itu, mereka berpikir bahwa alternatif itu lebih sehat. Kalau saya ingat-ingat, dari 5 orang yang saya tanya, hanya 2 yang memahami bahwa produk bebas gluten cocok untuk orang yang mempunyai penyakit Celiac dan "susu" alternatif bagi mereka yang memiliki intoleransi laktosa. Ya, mereka adalah teman-teman saya yang satu fakultas dengan saya. Jadi secara latar belakang ilmu sama dan memiliki pemahaman yang sama.

Kemudian apakah informasi itu hanya disimpan untuk saya sendiri? Tentu tidak. Saya juga menyampaikannya kepada orang terdekat, seperti keluarga dan saudara saya. Karena kalau saya beritahukan secara umum, pada akhirnya bisa "diamuk" massa saat itu hahaha. Nah, karena sudah banyak informasi yang beredar mengenai fakta dari makanan bebas gluten dan "susu" alternatifnya ini ditujukan kepada siapa, izinkan saya untuk turut serta menjelaskannya untuk kita semua yang membaca artikel ini. Artikel ini akan cukup panjang karena menurut saya, hal ini baik untuk diperoleh untuk kita semua, supaya kita menjadi lebih kritis terhadap tren baru yang mungkin akan muncul di kemudian hari. Mari kita mulai !

Miskonsepsi tentang Makanan Bebas Gluten dan Susu Nabati

Saya akan mulai dari permasalahan pertama, yaitu adanya miskonsepsi terhadap makanan bebas gluten dan susu nabati itu "lebih menyehatkan". Dalam beberapa tahun terakhir, popularitas makanan bebas gluten dan susu nabati semakin meningkat, termasuk di Indonesia. Produk-produk ini sering dianggap sebagai pilihan yang lebih sehat dibandingkan makanan dengan gluten atau susu sapi. Namun, pemahaman yang kurang tepat sering kali menjadi penyebab munculnya miskonsepsi di kalangan konsumen. Nyatanya, klaim "lebih sehat" ini kurang tepat karena menurut saya, saat itu konteksnya sangat berlainan.

Tren makanan bebas gluten dan susu nabati mulai berkembang pesat di seluruh dunia sejak sebelum pandemi COVID-19 dan terus meningkat selama pandemi (2019-2022). Laporan dari Allied Market Research (2022) menunjukkan bahwa pasar global untuk makanan bebas gluten diperkirakan tumbuh hingga USD 9,99 miliar pada tahun 2022, didorong oleh permintaan di kawasan Asia-Pasifik.

Di Indonesia dan Asia Tenggara, tren ini sebagian besar dipengaruhi oleh gaya hidup sehat yang diadopsi dari negara-negara Barat. Supermarket besar dan platform e-commerce kini menawarkan berbagai produk bebas gluten dan susu nabati, termasuk tepung bebas gluten, oat milk, almond milk, dan sejenisnya. Konsumen yang semakin sadar akan pola makan sehat memilih produk-produk ini meskipun tidak memiliki kebutuhan medis untuk menghindari gluten atau susu sapi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun