Mohon tunggu...
Bagas Kurniawan
Bagas Kurniawan Mohon Tunggu... Auditor - Saya merupakan seorang lulusan Bioteknologi dengan cabang ilmu teknologi pangan. Saya sangat menyukai perkembangan industri pangan, namun tidak hanya sebatas itu saja tetapi merambah ke dunia farmasi dan keamanan pangan.

Saya merupakan seorang praktisi di bidang keamanan pangan dan sistem manajemen mutu yang ingin berbagi pengetahuan yang saya miliki untuk membangkitkan minat literasi kita. Saya memiliki latar belakang pendidikan ilmu Bioteknologi dengan cabang ilmu Teknologi Pangan. Konten yang akan saya buat, tidak akan jauh dari informasi mengenai dunia sains dan pangan. Keinginan saya untuk berperang melawan informasi hoax dan informasi sains yang palsu (pseudosains) mendorong saya untuk berkarya melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Pengawet Makanan Pemicu Masalah Kesehatan?

30 Desember 2024   14:21 Diperbarui: 31 Desember 2024   07:35 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi garam di atas sendok | Sumber gambar: UNSPLASH/Jason Tuinstra

Digunakan sejak zaman dahulu, seperti garam, gula, dan cuka. Contohnya adalah ikan asin, acar yang menggunakan garam dan cuka untuk mengawetkan bahan pangan atau dibuat seperti manisan buah yang tujuannya untuk mengurangi kadar air di bahan dan produk pangan tersebut. Konsentrasi gula, cuka, dan garam yang pekat itu mampu untuk menyerap kadar air dari bahan pangan tersebut, sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme

Bahan Pengawet Sintetis:

Merupakan bahan kimia buatan, seperti natrium benzoat, nitrat, dan sulfit, yang sering ditemukan pada makanan olahan seperti sosis, daging kaleng, dan minuman ringan. Bahan ini biasa ditambahkan untuk pangan-pangan olahan agar dapat bertahan lama terutama ke tempat yang jauh dari pabrik.

Sebetulnya, tidak semua bahan pengawet bersifat berbahaya jika digunakan dalam jumlah yang sesuai. Otoritas kesehatan seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan FDA menetapkan Acceptable Daily Intake (ADI), yaitu batas konsumsi aman untuk setiap bahan tambahan pangan, termasuk bahan pengawet. Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, kita bisa melihatnya dalam PerBPOM no 11 tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan.

Sebagai contoh, natrium benzoat memiliki batas ADI sebesar 5 mg per kilogram berat badan. Jika digunakan sesuai aturan, risiko terhadap kesehatan dapat diminimalkan. Namun, masalah muncul jika konsumen mengonsumsi makanan olahan secara berlebihan, sehingga paparan bahan pengawet melampaui ambang batas aman.

Langkah Bijak untuk Mengurangi Risiko

Sebetulnya, penyebab risiko kanker itu ada banyak faktor pendukungnya, karena genetik kanker itu sudah ada di dalam diri kita. Tapi, genetik itu bisa di "non-aktifkan" apabila kita menjalani hidup yang sehat. Nah, untuk mengurangi potensi risiko kesehatan akibat bahan pengawet, konsumen dapat mengambil beberapa langkah berikut:

Periksa Label Kemasan

Membaca label makanan kemasan sangat penting untuk mengetahui bahan tambahan pangan yang digunakan. Hindari makanan dengan kandungan bahan pengawet yang tinggi atau tidak dikenal. Tentunya kita harus mengedukasi diri kita dan membiasakan untuk melihat label kemasan. Pada label kemasan sudah tersedia bahan dasar (ingredients) dan nilai gizi (nutrition facts) untuk kita baca dan pahami, bahwa apakah makanan itu cocok untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian atau tidak. 

Konsumsi Makanan Segar

Pilihlah makanan segar seperti sayuran, buah-buahan, dan daging tanpa pengawet. Mengurangi konsumsi makanan olahan dapat membantu mengurangi paparan bahan kimia sintetis. Mudahnya, jika pernah mendengar istilah whole foods, nah seperti itu kita mengonsumsi makanan yang utuh, tidak melalui proses pengolahan yang panjang. Bukan berarti istilah makanan segar ini dikonsumsi secara mentah ya, tapi kalau untuk buah ya pastinya bisa langsung dimakan.

Masak Makanan Sendiri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun