Padahal dari bahan sama, tetapi karena beda daerah bisa saja beda profil rasa. Tapi apakah perbedaan rasa itu mempengaruhi nilai otentik soto tersebut? Ya tidak bisa seperti itu, karena otentiknya soto Lamongan ya pakai koya.
Ketiga, minimnya pengetahuan tentang sejarah dan rasa dari makanan tersebut
Ya, ini yang sangat mempengaruhi penilaian kita terhadap otentik atau tidaknya suatu makanan yang kita konsumsi. Sekarang tidak pakai soto Lamongan lagi ya, saya ganti pakai bakmi Bangka.Â
Pasti di setiap perkotaan, ada deh 1 atau 2 kedai yang menjual bakmi Bangka. Bakmi yang khas dengan mi keriting, aromanya yang gurih dan manis karena penambahan minyak wijen, serta adanya potongan daging babi merah. Belum lagi ada potongan seperti tahu atau cakwe yang memberikan kesan tersendiri.
Akan tetapi karena akulturasi budaya dan agama di Indonesia, Bakmi Bangka beradaptasi untuk menggunakan daging ayam yang tentunya halal dan tetap enak, tidak merubah rasa.
Lalu apakah itu disebut tidak otentik? Menurut saya tetap saja otentik karena bakmi itu pakai mi keriting dan ada aroma manis dari minyak wijen. Hanya lauknya saja yang diganti, bahwa sebelumnya tidak halal karena pakai daging babi, kini berubah menggunakan daging ayam.
Nah, apakah setiap daerah memiliki rasa bakmi yang sama? Tentu saja tidak, ada yang asinnya nampol, tapi ada juga yang manis. Lagi-lagi apa? Preferensi rasa yang berbeda di setiap daerahnya.
Minimnya pengetahuan kita tentang makanan yang kita konsumsi itu menjadi faktor pendukung bahwa terkadang kita salah menilai ontentisitas dari suatu makanan. Perlu perjalanan panjang dan pengetahuan yang telaten untuk kita bisa tahu apakah makanan ini otentik atau tidak.Â
Contoh umumnya seperti saat membedakan onderdil motor yang original dan kw, itu hanya bisa dilakukan oleh orang yang rutin dan memiliki pengalaman cukup panjang dalam mengenal onderdil tersebut.
Kesimpulan
Kita harus memiliki pengetahuan, mengenal sejarah makanan tersebut, memiliki perbendaharaan rasa yang kaya dan pengalaman jangka panjang untuk dapat menilai suatu makanan ini otentik atau tidak.
Terlepas dari rasanya yang enak atau tidak, selama bahan-bahan khas tersebut ada di makanan itu, ya penjual itu berhak menyatakan bahwa yang mereka jual adalah benar soto Lamongan dan Bakmi Bangka.
Saya ingin mengajak kita semua untuk tidak salah menangkap makna dari "otentisitas" sebuah makanan hanya karena berdasarkan selera lidah kita. Menyatakan makanan itu otentik atau tidak, adalah pekerjaan yang butuh pengalaman panjang dan mengetahui sejarah dari makanan itu. Bahkan sampai ke bumbu "kunci" yang membuat makanan itu khas.