Mohon tunggu...
Bagas Kurniawan
Bagas Kurniawan Mohon Tunggu... Auditor - Saya merupakan seorang lulusan Bioteknologi dengan cabang ilmu teknologi pangan. Saya sangat menyukai perkembangan industri pangan, namun tidak hanya sebatas itu saja tetapi merambah ke dunia farmasi dan keamanan pangan.

Saya merupakan seorang praktisi di bidang keamanan pangan dan sistem manajemen mutu yang ingin berbagi pengetahuan yang saya miliki untuk membangkitkan minat literasi kita. Saya memiliki latar belakang pendidikan ilmu Bioteknologi dengan cabang ilmu Teknologi Pangan. Konten yang akan saya buat, tidak akan jauh dari informasi mengenai dunia sains dan pangan. Keinginan saya untuk berperang melawan informasi hoax dan informasi sains yang palsu (pseudosains) mendorong saya untuk berkarya melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Enam Etika Wajib Bagi Seorang Food Reviewer

24 Februari 2024   21:06 Diperbarui: 25 Februari 2024   19:00 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tujuan dari seorang food reviewer tentunya untuk membantu pemilik usaha makanan dan minuman dapat berkembang lebih baik dengan memasarkan dan mengulas hidangannya. Kemudian, kalau kita mengulas secara diam-diam, memuaskan hasrat arogan untuk berkomentar, dan kemudian tiba-tiba ditayangkan untuk mempermalukan tempat usaha itu, apakah itu beretika? Apakah tujuan mulia itu bisa terwujud?

Ibarat tamu yang datang ke rumah kita, kemudian rumah kita sedang berantakan dan di halaman depan ada tikus yang lewat, dan tiba-tiba tamu kita mengumbarkan ke tetangga. Sikap itu sungguh memalukan dan tidak sopan. Berbeda halnya jika adanya kerjasama antara kedua pihak, maka perlu ada pembahasan dalam kesepakatan bersama. Bahkan, bisa jadi ada pemilik usaha yang ingin secara gratis memberikan produknya kepada kita untuk diulas secara jujur, akan lebih menyenangkan lagi, namun pasti ada persetujuan atau batasan tertentu.

Kesimpulannya

Etika itu tidak selalu tertulis dan seharusnya sudah dibangun dari kesadaran diri sendiri. Perbuat lah apa yang baik, seperti kita ingin diperlakukan baik oleh orang lain. Menjadi seorang food reviewer itu perlu memiliki etika, karena kita bisa menjadi "jurnalis makanan amatir" yang membantu perkembangan bisnis orang lain. Sebab, apa yang kita tabur itu yang kita tuai, pupuk yang baik akan menghasilkan buah yang baik.

Terima kasih sudah membaca.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun