Mohon tunggu...
Bagas Kurniawan
Bagas Kurniawan Mohon Tunggu... Auditor - Saya merupakan seorang lulusan Bioteknologi dengan cabang ilmu teknologi pangan. Saya sangat menyukai perkembangan industri pangan, namun tidak hanya sebatas itu saja tetapi merambah ke dunia farmasi dan keamanan pangan.

Saya merupakan seorang praktisi di bidang keamanan pangan dan sistem manajemen mutu yang ingin berbagi pengetahuan yang saya miliki untuk membangkitkan minat literasi kita. Saya memiliki latar belakang pendidikan ilmu Bioteknologi dengan cabang ilmu Teknologi Pangan. Konten yang akan saya buat, tidak akan jauh dari informasi mengenai dunia sains dan pangan. Keinginan saya untuk berperang melawan informasi hoax dan informasi sains yang palsu (pseudosains) mendorong saya untuk berkarya melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kalau Ada Diversifikasi Pangan, Mengapa Harus Selalu Beras?

23 Februari 2024   16:51 Diperbarui: 23 Februari 2024   19:04 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanaman padi | Sumber gambar: Sandy Ravaloniaina

Terjadi lagi, setelah sekian lama, kini dikabarkan harga beras sedang meningkat. Saya mendengar berita ini dari beberapa media televisi, dan belum lagi ada yang mengabarkan sampai ada menjual beras murah agar banyak masyarakat dapat membeli beras, namun sayangnya tetap saja dengan persediaan yang terbatas. 

Sebetulnya, ada solusi lain yang dapat dilakukan, jika kita mengalami kenaikan harga beras, yaitu dengan menggerakkan diversifikasi pangan. Indonesia itu negara yang sangat kaya akan bahan pangan. Terima kasih kepada pencipta, karena Indonesia berada di wilayah tropis.

Sebagai solusi sumber pangan, diversifikasi pangan tentu saja menjadi pilihan yang tepat. Pertanyaannya, apa itu diversifikasi pangan?

Jadi, diversifikasi pangan adalah suatu usaha untuk memperkenalkan berbagai variasi pangan yang dapat menjadi pilihan alternatif. Seperti pada peristiwa saat ini, kelangkaan dan mahalnya harga beras menjadi sebuah masalah utama yang kita hadapi. Tetapi, kenapa kita hanya fokus kepada beras?

Saya akan mencoba membedah mengapa kita, masyarakat Indonesia, mayoritas mengonsumsi beras.

Mari kita bedah

Jadi, Indonesia, sebagai bagian dari benua Asia, sudah dari dahulu mengenal tanaman padi. Tanaman padi ini menghasilkan beras dan ketika dimasak, akan menjadi nasi. Bahkan, jika dalam ruang lingkup lebih kecil, sebagai bagian dari Asia Tenggara (ASEAN), logo dari organisasi ASEAN yaitu rumpun padi.

Selain itu, ada frasa yang mengatakan bahwa kalau tidak menyentuh nasi artinya belum makan. Jadi, secara tidak langsung, kita sudah tertanam persepsi bahwa nasi adalah makanan pokok.

Maka dari itu, tidak heran, banyak masyarakat atau bahkan diri kita sendiri menganggap bahwa nasi adalah makanan pokok. Namun, jika kita membedah dari sisi diversifikasi pangan, nasi itu hanyalah sumber karbohidrat, dan sumber karbohidrat ini bisa diperoleh dari banyak bahan pangan.

Sebagai pemahaman, kita membutuhkan karbohidrat untuk mendapatkan sumber energi untuk tubuh. Artinya, selama makanan tersebut mengandung karbohidrat, kita tetap mendapatkan sumber energi tersebut.

Berikut ini, saya akan berikan lima alternatif sumber karbohidrat selain nasi, baik itu dari beras putih, beras merah, beras hitam, atau beras ketan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun