Nah, untuk kasus minum air dingin ini juga sama, ketika air dingin ini masuk ke dalam tubuh, maka hipotalamus dapat merasakan perbedaan suhu antara tubuh dan air yang diminum. Hipotalamus akan meregulasi aliran darah melalui mekanisme vasokonstriksi (menyempitkan pembuluh darah) untuk menjaga panas tubuh, sehingga secara tidak langsung, air yang bersuhu dingin tersebut menjadi sama dengan suhu tubuh kita.
Berbeda halnya, ketika kita menuangkan minyak ke dalam air es, Â hasilnya jadi menggumpal, karena tidak ada yang meregulasi suhu seperti di dalam tubuh. Sama saja seperti kita menaruh minyak di dalam kulkas atau freezer, hasilnya akan menggumpal. Meskipun begitu, sebaiknya kita minum air "dingin" dengan suhu yang wajar. Jangan minum air dingin dengan suhu yang sangat dingin karena akan memberi sensasi terbakar bahkan mengalami "brain freeze". Brain freeze adalah kondisi saat tubuh terkejut, ketika adanya perbedaan suhu dingin secara mendadak, kemudian memberikan efek seperti membeku sesaat pada tubuh.
Kesimpulannya
Kemudahan kita untuk mendapatkan informasi ibaratkan pedang bermata dua, dapat bersifat baik namun juga membahayakan. Kemajuan teknologi juga turut andil di dalam penyebaran informasi dan lebih mudah menjangkau seluruh golongan masyarakat dari tingkat umur hingga tingkat pendidikan tertentu. Jadi, penting sekali untuk kita meningkatkan literasi agar kita tidak mudah termakan oleh informasi palsu yang berkedok ilmu pengetahuan, atau dengan informasi singkat dengan mencantumkan jurnal ilmiah "palsu" atau tidak ada kaitannya sama sekali dengan apa yang dibahas dalam informasi tersebut.
Terima kasih sudah membaca
Referensi:
Kulawik P, zogul F, Glew R, zogul Y. 2013. Significance of Antioxidants for Seafood Safety and Human Health. J. Agric. Food Chem. 61(3) : 475--491. DOI: https://doi.org/10.1021/jf304266sÂ
Hosomi R, Yoshida R, Fukunaga K. 2012. Seafood Consumption and Components for Health. Glob. J. Health Sci. 4(3): 72-86. DOI: 10.5539/gjhs.v4n3p72Â
Rupali K, Pallavi S, Anita K, Pandurang D. Herbal Antioxidant: Vitamin C. Research J Phar. Tech. 3(1): 58-61.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H