Ramadan adalah bulan suci yang dirayakan oleh umat Islam di seluruh dunia sebagai waktu untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt. Selain menjadi waktu untuk beribadah, Ramadan juga menawarkan peluang besar untuk memperkuat moderasi beragama melalui sikap toleransi, solidaritas, dan perdamaian. Ramadan menjadi momen refleksi bagi umat Islam untuk menjalani ajaran agama secara bijak, dengan menghindari sikap ekstremisme dan fanatisme yang berlebihan. Dalam konteks ini, Ramadan tidak hanya menjadi waktu untuk menahan lapar dan dahaga, tetapi juga untuk menahan diri dari perilaku negatif yang dapat merusak hubungan antar sesama.
Â
     1. Makna Ramadan dalam Moderasi Beragama
Â
Moderasi beragama merupakan suatu konsep yang mendasari sikap hidup beragama dengan keseimbangan dan toleransi terhadap pemeluk agama lain. Dalam hal ini, keseimbangan mencakup pemahaman dan praktik agama yang tidak ekstrem, menghindari bentuk radikalisme di sisi kanan dan liberalisme di sisi kiri. Sikap ini mencerminkan pandangan bahwa keberagaman dalam keyakinan dan praktik keagamaan dapat hidup berdampingan secara harmonis, memberikan ruang bagi setiap individu untuk menjalankan keyakinan mereka tanpa menimbulkan konflik yang tidak perlu.[3]Â
Â
Moderasi beragama adalah sikap untuk menyeimbangkan antara nilai-nilai spiritual dan sosial, menghindari ekstremisme, serta menjunjung tinggi keharmonisan. Ramadan memberikan pelajaran berharga dalam hal ini, terutama melalui ajaran Nabi Muhammad saw yang menekankan pentingnya kasih sayang, keadilan, dan kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam Ramadan, umat Islam diajak untuk meningkatkan hubungan dengan Allah swt melalui ibadah seperti shalat, puasa, dan membaca Al-Qur'an. Namun, aspek sosial tidak boleh diabaikan. Hubungan dengan sesama manusia, seperti berbagi dengan yang membutuhkan, menjaga silaturahmi, dan memupuk rasa kasih sayang, adalah bagian penting dari pesan Ramadan. Sikap ini sejalan dengan prinsip moderasi yang mengutamakan keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan. Dengan demikian, Ramadan menjadi waktu yang tepat untuk memperkuat rasa empati dan kepedulian terhadap sesama, yang merupakan inti dari ajaran agama. Moderasi beragama merupakan hal yang penting dalam mempersatukan kehidupan bangsa dalam suatu negara, khususnya di Indonesia.[4]
Â
      2. Kontroversi Seputar Ramadan
Â
Salah  satu  kontroversi dalam ramdhan  adalah mengatasi  sikap  eksklusif  dan  fanatisme  yang  masih  ada  di  kalangan  sebagian  masyarakat. Sikap ini sering kali dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti pengaruh kelompok-kelompok tertentu yang menyebarkan paham ekstremisme melalui media sosial atau jaringan informal lainnya. Selain itu, ketidaktahuan atau kurangnya pemahaman tentang agama lain juga menjadi kendala  dalam  penerapan  moderasi  beragama.  Masyarakat  yang  tidak  memiliki  informasi yang  cukup  tentang  keyakinan  dan  praktik  agama  lain  cenderung  lebih  mudah  terpengaruh oleh  stereotip  negatif  dan  prasangka.  Oleh  karena  itu,  program  pendidikan  dan  dialog antaragama perlu terus diperkuat untuk mengatasi masalah ini.[5] Walaupun Ramadan menjadi momen yang dirayakan dengan antusias, ada beberapa isu yang muncul, seperti: