Tapi disinlah saya merasa otak saya ikutan buntu alias mentok pemikiran.
Dokter tersebut menjelaskan sambil senyum-senyum (duh jadi naksir kan) “Jadi ya mba, yang namanya radang usus buntu itu termasuk juga dalam masalah yang klinis (yang dalam artian juga belum tentu bisa di lihat melalui usg ataupun rontgen), tetapi dengan menandakan gejala yang mba rasakan itu sudah melingkupi bahwa 99% terkena radang usus buntu”.
Tapi tetep saja saya ngeyel dan masih kekeh untuk minta rontgen dulu (masih belum menerima fakta bahwa harus operasi). Terus selanjutnya yang dokter lakukan ialah menekan perut ku pelan-pelan di bagian kanan, tapi aseli walaupun pelan tapi berasa sakit banget.
Dan dokter pun lanjut mengatakan “ini letak dimana usus buntu itu berada mba, dan kondisi saat ini sudah mulai membengkak belum pecah loh. Jadi mbak, mendingan operasi sekarang aja mumpung kondisi mbak masih sehat” (ini saya masih sambil memikirkan untuk mengambil keputusan).
Selanjutnya “kalau mbak gak mau operasi, gejala yang mbak rasakan malah bisa bertambah parah dan bisa saja usus buntu mbak pecah, dan isi yang ada di usus buntu dapat membahayakan organ tubuh lainnya”.
Setelah mendapatkan pencerahan itu, selanjutnya saya senyum-senyum gak jelas sambil nagngguk-ngangguk (macem boneka kucing di dasbord mobil). Tapi tetepa dilakukan rontgen kok pas sekitar jam 6 lah, soalnya saya msih tetep belum terima harus operasi (alasan klasik sih, yang sebenarnya saya takut untuk di operasi).
Jadi setelah hasil rontgen muncul sekitar jam 7, tibalah saatnya saya harus mempercayai keadaan dan menerima dengan lapang dada jika harus melakukan operasi jam 11 malam nanti. Sebelum persiapan ke ruang oeprasi, ada perawat yang membantu untuk persiapan saya. Dan inisiatif lagi ada pemikiran kenapa harus operasi.
Dan berakhir saya tanya lah lagi “mbak, tadi kan saya barusan rontgen dan taulah hasilnya apa, tapi kok kenapa sebelum saya melakukan rontgen si dokter itu sudah memustukan saya untuk menjalani operasi usus buntu”,
Dengan ramah perawat menjawab “Dokter hanya melihat gejala dan megang letak sakitnya saja udah ketebak kalau mbak ini terkena radang usus buntu). Dan selanjutnya perawat menceritakan beberapa hal sambil persiapan sebelum operasi biara saya agak tenang juga sih.
Jadi yang di ceritakan ya seputar masalah operasi usus buntu seperti teknik dan lainnya. Jadi tuh ya, untuk menangani masalah usus buntu ada 2 metode operasi yang di lakukan yaitu laparoskopi dan laparotomy (cari tahu sendiri ya lebih lengkapnya). Saya menceritkan sekilas yang perawat katakan saja.
Saat di ruang operasi, ahli bedah memberikan bius lokal yang disuntikkan di punggung saya, dan memasangkan alat bantu pernafasan. Dan selanjutnya saya mengantuk kemudian tertidur dengan pulas. Dan terbangun lagi saya sudah di ruang inap.