Mohon tunggu...
ayub badrin
ayub badrin Mohon Tunggu... Penulis - Ayub Badrin seorang jurnalis

Selain menggeluti dunia Teater saya juga aktif di media masa lokal.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Batu Penanda yang Menggelinding, Tentang Kotta China yang Terlantar

24 Agustus 2020   16:25 Diperbarui: 24 Agustus 2020   16:21 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nelayan itu mengatakan kalau dulu mudah mencari Ikan atau Kepiting Bakau.  Tetapi kini kampung mereka yang mestinya indah lantaran terdapat danau buatan (Siombak) itu kini jorok lantaran menjadi tempat pembuangan sampah."Tau kelen,  malah kemaren ribuan babi mati mengapung di danau kami, " kata nelayan itu.

Realitas ini sepertinya yang ingin dibidik Agus.  Batu-batu itu menjadi memiliki banyak kisah. Ribuan kisah terkubur di kampung itu. Termasuk kisah Cheng Ho,  panglima perang dari China yang beragama Islam itu.  

Orang sebesar Cheng Ho dituliskan dalam sejarah yang dilihat di Museum Situs Kotta Cinna pernah datang ke pelabuhan ini sebanyak empat kali.

"Anderson di saku mana kau sembunyikan kisah-kisah itu.  Dimana kau sembunyikan Cheng Ho? " kata seorang lelaki tua dengan tongkat panjang dan tembikar di tangan kirinya.

Dia bertanya pada penonton,  tapi ia ragu apakah dia bertanya atau sedang menjawab. Dan dia terus bertanya tentang batu-batu itu.  Sebab,  masyarakat di Kampung Paya Pasir,  penuh batu-batu dikepalanya.  

Keramik, koin, tembikar dan itu semua menjadi mimpi yang indah bila menemukannya.  Tetapi kampung itu telah menjadi kampung yang penuh sampah pelastik.

"Setiap kali aku cari ikan di sini, yang kudapat hanya sampah plastik.  Tak ada lagi kepiting dan ikan, " ujar nelayan itu.

Sosok lainnya adalah lelaki tanpa identitas.  Sekali waktu dia menyambangi dua perempuan yang sedang menangis pilu.  Lalu lelaki itu,  menjaring perempuan itu dengan bubu. 

Dia mengatakan agar mereka membuka kepala mereka.  Bahwa kampung itu dahulu sangat terkenal. Waktu itu Kerajaan Aru berkuasa.  Dan pelabuhan itu tempat pertemuan orang dari seluruh dunia.

"Thamil,  China,  Sri Langka,  Eropah,  Timur Tengah bercinta di kepalamu dan kepalamu menjadi batu-batu, " ujarnya.

Dok. pribadi
Dok. pribadi
Perempuan yang dari awal hingga akhir pertunjukan hanya mengeksplorasi suara batu-batu di dalam ember plastik itu terus menangis.  Akhirnya sosok itu datang lagi dan melakukan semacam ritual dengan dua perempuan itu.Lelaki itu, sepertinya lelaki yang memahat batu diawal pertunjukan,  memukul kepalanya dengan batu.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun