Sekali lagi, itu tugas dan kewajiban pemerintah untuk membangun, memperbaiki dan menyediakan fasilitas jalan. Saya tidak perlu membahas lebih detil tentang hal ini karena pemerintah dengan jajarannya lebih ahli dan tahu soal kebutuhan fasilitas dan sarana jalan raya maupun jalan tol.
BERSABAR DAN NIKMATILAH KEMACETAN
Jika saran pertama dan kedua tidak bisa juga dilakukan, sementara solusi ketiga belum sesuai harapan, maka tidak ada pilihan lain kecuali siap-siap bermacet ria di jalanan. Jika ini benar-benar terjadi dan dialami, maka bersabarlah. Nikmatilah kemacetan itu. Untuk meraih kebahagiaan apa pun termasuk bersilaturahmi di kampung halaman, butuh proses dan pengorbanan. Anggap saja kemacetan yang diamali sebagai sebuah pengorbanan yang buahnya akan dipetik dan dinikmati saat sampai di rumah orang tua di kampung nanti.
Jangan karena mengalami kemacetan lantas kita menyalahkan orang lain. Jangan karena kemacetan kemudian kita menyalahkan pemerintah khususnya Presiden Jokowi. Saya pikir itu terlalu jauh.
Betul bahwa pemerintah punya kewajiban membangun dan menyediakan infrastruktur berupa jalan. Tetapi seberapa banyak dan panjang jalan yang dibangun, jika jumlah kendaraan yang semakin banyak kemudian bertemu di tempat dan waktu yang bersamaan, maka kemacetan akan teta terjadi. Â
Kemacetan bukan soal Jokowi atau Ahok. Kemacetan terjadi karena banyaknya jumlah kendaraan yang berjalan di jalan pada waktu yang bersamaan. Kemacetan nggak ada hubungannya dengan Prabowo, Yusril atau pun Habib Riziq. Jangan suka mengada-ada. Mari lihat realita dengan logika. Â
Selamat Hari Raya Idul Fitri, Mohon Maaf Lahir dan Batin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H