Mohon tunggu...
Badiyo
Badiyo Mohon Tunggu... Jurnalis - Blogger, Content Creator

Seneng baca dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Solusi Atasi Kemacetan Saat Arus Mudik

9 Juli 2016   10:36 Diperbarui: 9 Juli 2016   10:51 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekali lagi, itu tugas dan kewajiban pemerintah untuk membangun, memperbaiki dan menyediakan fasilitas jalan. Saya tidak perlu membahas lebih detil tentang hal ini karena pemerintah dengan jajarannya lebih ahli dan tahu soal kebutuhan fasilitas dan sarana jalan raya maupun jalan tol.

BERSABAR DAN NIKMATILAH KEMACETAN

Jika saran pertama dan kedua tidak bisa juga dilakukan, sementara solusi ketiga belum sesuai harapan, maka tidak ada pilihan lain kecuali siap-siap bermacet ria di jalanan. Jika ini benar-benar terjadi dan dialami, maka bersabarlah. Nikmatilah kemacetan itu. Untuk meraih kebahagiaan apa pun termasuk bersilaturahmi di kampung halaman, butuh proses dan pengorbanan. Anggap saja kemacetan yang diamali sebagai sebuah pengorbanan yang buahnya akan dipetik dan dinikmati saat sampai di rumah orang tua di kampung nanti.

Jangan karena mengalami kemacetan lantas kita menyalahkan orang lain. Jangan karena kemacetan kemudian kita menyalahkan pemerintah khususnya Presiden Jokowi. Saya pikir itu terlalu jauh.

Betul bahwa pemerintah punya kewajiban membangun dan menyediakan infrastruktur berupa jalan. Tetapi seberapa banyak dan panjang jalan yang dibangun, jika jumlah kendaraan yang semakin banyak kemudian bertemu di tempat dan waktu yang bersamaan, maka kemacetan akan teta terjadi.  

Kemacetan bukan soal Jokowi atau Ahok. Kemacetan terjadi karena banyaknya jumlah kendaraan yang berjalan di jalan pada waktu yang bersamaan. Kemacetan nggak ada hubungannya dengan Prabowo, Yusril atau pun Habib Riziq. Jangan suka mengada-ada. Mari lihat realita dengan logika.  

Selamat Hari Raya Idul Fitri, Mohon Maaf Lahir dan Batin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun