Mohon tunggu...
Herman Wahyudhi
Herman Wahyudhi Mohon Tunggu... Insinyur - PNS, Traveller, Numismatik, dan Pelahap Bermacam Buku

Semakin banyak tahu semakin tahu bahwa banyak yang kita tidak tahu. Terus belajar, belajar, dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak-anak Mahakam (2)

1 Mei 2018   08:36 Diperbarui: 1 Mei 2018   09:41 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar: Nasional Tempo.co

Wajahku pucat.   Hadi dan Eka saja keheranan melihatku sudah berada jauh dari pinggir jajaran gelondongan kayu tempat saya tadi tenggelam.

"Yud, kamu kok sudah di situ?   Naik dari mana?" tanya Hadi keheranan.

"Tadi bukannya tadi naiknya dari sana?" Eka menujuk tepian tempat mereka naik ke atas gelondongan kayu.

Saya tidak bisa menjawabnya.   Hanya rasa terima kasih pada Tuhan yang telah menyelamatkanku.   Sungai Mahakam hampir saja menenggelamkanku.   Hingga saat ini kedua orangtua tidak pernah tahu kejadian ini.    Saya buru-buru menuju pinggiran gelondangan kayu dan meloncat sejauh mungkin menuju ke tepian jalan.   Iyan membantuku naik ke atas.

"Kok mukamu pucat, Yud?"

"Tadi saya hampir tenggelam, Yan."

Saya menceritakan apa yang baru saja terjadi.

"Untung kamu bisa melihat celah di antara gelondongan itu, Yud."

Ya, saya memang beruntung.   Namun sejak saat itu saya tidak berani lagi berenang di Sungai Mahakam.   Saya lebih memilih berenang di kolam renang Gedung Olah Raga Segiri yang lokasinya tidak jauh dari rumah.   Eka ikut denganku, ia juga tidak mau lagi berenang di sungai Mahakam.   Bukan karena takut, tetapi karena saya tidak mau lagi berenang di sana.   Hadi juga jarang berenang di sana kecuali ada teman untuk berenang.

"Kawalan kada bakunyung kah?" (Kalian tidak berenag?) tanya Hadi ketika mengajak kami berenang di Gubernuran.

Saya hanya mengeleng.  "Kada ah,  ikam saja."  (Tidak ah, kamu saja).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun