Rasanya bahagia sekali ketika mengetahui bahwa akhirnya isteri saya hamil. Setelah menunggu selama hampir lima tahun, penantian kami terjawab sudah. Tuhan telah menitipkan harga paling berharga pada kami.
Tentu saja kehamilan pertama ini membuat saya sangat khawatir. Ini adalah pengalaman luar biasa dan perasaan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Perasaan bahwa saya akan menjadi seorang ayah dan tanggung jawab untuk membesarkannya.
Tanggung jawab itu dimulai sejak anak masih dalam kandungan. Masih dalam bentuk janin. Dimana isteri harus menjaga asupan makanan. Saya selalu khawatir kalau isteri terlambat makan. Apalagi saat kehamilan memasuki bulan ketiga, wah isteri seperti anak kecil saja. Harus dibujuk untuk makan.
Kadang dapur atau makanan rumah membuatnya mual. Memang repot juga ya……. Memang isteri saya tidak seperti wanita lain yang mengidam rujak di tengah malam, minta mangga muda, atau minta mobil mewah. Hanya ya itu tadi, susah makan.
Untunglah ada Hoka Hoka Bento (Hokben). Entah mengapa saat kehamilan anak pertama ini, isteri senang sekali makan Hokben. Setiap minggu mungkin ada empat atau lima kali makan Hokben. Entah itu makan di tempat atau dibawa pulang.
Saya tidak khawatir karena tahu standar kebersihan dan kesegaran makanan Hokben. Repotnya kalau minta malam hari ketika orang beranjak tidur, ia minta makan Hokben.
“Riny mana ada Hokben buka jam segini? Besok saja ya.”
“Tidak mau, A (panggilan buat saya, Aa). Maunya sekarang, Riny lapar.”
Malam-malam berkeliaran di kota Tangerang, walhasil tidak ada yang buka. Ada waralaba yang buka 24 jam tapi burger. Ya sudahlah saya belian burger saja daripada tidak makan. Ternyata sampai di rumah, isteri ngambek ketika tahu saya tidak beli Hokben. Ia tidak mau makan burger yang saya belikan.
“Sudahlah, Riny mau tidur saja,” ujarnya kesal sambil berjalan ke kamar tidur.
“Makan dikit saja dong, Say.”
“Kalau tidak mau ya tidak mau. Kok dipaksa sih, A?”
Aduh, gara-gara Hokben nih jadi begini.
Pernah juga waktu itu sudah menjelang malam, isteri minta makan Hokben saat hujan cukup deras melanda Tangerang. Saat itu memang sedang libur akhir pekan. Ditunggu-tunggu, hujannya bukan mereda malah tambah lebat. Padahal sejak sejam lalu isteri mau makan Hokben. Akhirnya dengan berjibaku mengendarai motor, saya menuju Hokben yang ada di daerah Cikokol.
Meski sudah pakai jaket hujan, karena hujan tambah deras tetap saja badan basah kuyup. Demi isteri dan jabang bayi yang sedang dikandung. Sambil basah kuyup saya antri memesan paket Hokben. Lucu juga ingat kejadian itu, saya lebih khawatir kalau Hokben yang dibawa pulang basah oleh hujan. Jadi saya minta tambahan plastik pembungkus kepada pelayan Hokben. Selain itu saya juga sudah menyiapkan plastik tambahan untuk pembungkus tambahan di bagasi motor. Mirip membawa muatan harta karun nilai jual tinggi, he..he..he..
Jangan sampai ada kebocoran sedikitpun. Saya khawatir air hujan akan merembes ke dalam kotak makanan Hokben. Bahaya kan kalau ada virus atau kuman menyusup masuk. Wuih, pokoknya protokulernya ketat banget.
Hujan masih tetap deras dan saya tetap menerobosnya denan motor dengan kecepatan cukup tinggi. Saya sampai lupa keselamatan diri sendiri. Bagaimana kalau motor tergelincir karena jalanana licin? Yang ada dipikiran adalah bagaimana secepat mungkin sampai di rumah. Saya ingin isteri makan Hokben masih dalam keadaan hangat. Selaian itu saya khawatir semakin lama diterpa hujan, airnya akan masuk menembuk plastic makanan.
Senang sekali ketika melihat isteri makan dengan lahap Hokben yang baru saja saya belikan. Kehamilan isteri saya semakin besar, Hokben tetap saja menjadi makanan favoritnya. Saya pikir ini bawaan jabang bayi. Sebelumnya hamil, isteri paling makan Hokben dua minggu sekali. Ini kok intensitasnya sering ya?
Saya pun jadi semakin doyan makan Hokben. Kalau isteri makan Hokben, saya akan menemaninya makan Hokben. Kalau isteri jenuh di rumah, ia minta saya menemaninya jalan-jalan ke mall. Seperti biasa, kami makan di Hokben. Tak terasa berat badan pun bertambah. Celana kerja saya pun mulai tak muat. Ampun deh. Isteri yang hamil, kok perut saya jadi ikut-ikutan membesar. Pokoke Hokben harus tanggung jawab, ha..ha..ha…
Mendekati masa kelahiran, isteri mengambil cuti hamil di kantornya. Saya mengantarkannya pulang ke Bandung, ke rumah mertua. Isteri ingin dekat dengan mamanya. Ibu mertua memang lebih berpengalaman dan tahu merawat bayi. Selain itu rumah mertua di daerah Riung Bandung, dekat dengan sebuah rumah sakit swasta. Jadi kalau ada apa-apa, tidak akan memakan waktu lama ke rumah sakit. Saya pun harus kembali ke Tangerang untuk bekerja.
Gantian ayah mertua yang repot kalau isteri minta dibelikan Hoken (kalau ibu mertua sudah lama sakit lemah otot sehingga harus selalu duduk di kursi roda). Maklum saja, saat ini Hokben terdekat jaraknya masih berkilo-kilo. Mana ayah mertua tidak bisa bawa mobil atau motor. Kalau pesan via telpon biasanya lama baru diantar karena memang cukup jauh jarak tempuhnya. Jadi mau tidak mau, ayah mertua harus naik angkot. Demi cucu pertama, begitu mungkin pikir ayah mertua. Bahkan sampai menjelang hari H, isteri masih makan Hokben.
Saya ingat betul waktu itu sudah pesan untuk menjalankan operasi Caesar terencana pada tanggal 12 Mei 2008. Kondisi Isteri memang tidak bisa melahirkan secara normal karena mengalami plasenta previa atau plasenta menghalangi jalan lahir. Tepatnya hari Sabtu tanggal 10 Mei 2008 menjelang Maghrib, isteri yang sedang di kamar mandi tiba-tiba menjerit. Orang seisi rumah kaget, ada apa ini? Ternyata ketuban isteri sudah pecah. Perasaan saya campur aduk, antara panik, kaget, dan bingung karena ini pengalaman pertama.
Wah, malam itu rasanya menjadi malam paling panjang dalam hidup saya. Waktu teras berjalan lamban seperti menyaksikan slow motion movie. Untungnya saat itu saya sudah mengajukan cuti kepada atasan selama satu minggu. Alasannya, untuk menemani sang isteri yang hendak melahirkan.
Benar saja, anak saya mungkin menunggu Papanya pulang dari Tangerang baru mau keluar. Menjelang pukul 21.00, lahir putera tercinta kami. It’s a boy. Perasaan luar bisa berkecamuk dalam hati . Perasaan yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Putera kami diberi nama Adhi yang artinya pertama, utama atau unggul.
![Isteri dengan Adhi (dok. pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/06/27/img-0297-jpg-5770b38bed9673480beb2706.jpg?t=o&v=770)
“Tidak ada rasanya, A. Kok rasanya seperti makan orang sakit saja. Belikan Hokben dong, A.”
Ha..ha…ha… Hokben lagi, Hokben lagi.
“Tapi sebentar, Aa tanya dokternya dulu. Boleh tidak kalau baru melahirkan makan Hokben?”
Saat kunjungan dokter, saya tanyakan hal tersebut. Ternyata dokter Spesialis Obstetri & Ginekologi (SpOG) membolehkan.
“Dokter juga mau Dok? Nanti sekalian saya pesankan.”
“Tidak usah. Saya sudah makan kok.”
Tak terasa Adhi mulai tumbuh jadi anak yang sehat. Sejak ia mulai bisa makanan padat, kami sudah mengenalkan Hokben.
“Ini nih Adhi, makanan kesukaan Mamah waktu Adhi masih di perut Mamah.”
Adhi yang masih dua tahun belum mengerti tapi ia doyan banget dengan Hokben. Hokben yang kami pesankan buatnya ludes tak bersisa.
Begitu pula saat kehamilan anak kedua kami, dua tahun kemudian. Hokben tetap menjadi makanan favorit. Kalau dulu saya biasa membeli dua porsi, untuk saya dan isteri. Sekarang jadi tiga porsi, tambah satu porsi jatah buat Adhi.
![Anak Hokben in Action (dok. pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/06/27/anak-hokben-5770b681df22bd7006603331.jpg?t=o&v=770)
Di Hokben selalu terjadi keseruan. Seperti Adhi yang belajar makan pakai sumpit. Atau sang adik yang menjahili kakaknya dengan mengambil ebi furai miliknya.
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/06/27/ngambek-5770b506559773991bba4b03.jpg?t=o&v=770)
![Tuh si anak Hokben paling semangat (dok. pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/06/27/anak-hokben-4-5770b5e6759373b51a954f92.jpg?t=o&v=770)
![Tak sabar menunggu waktu berbuka puasa (dok. pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/06/27/azan-maghrib-5770e8ba329773af078c5643.jpg?t=o&v=770)
![Dua anak Hokben (dok. pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/06/27/anak-hokben-5b-5770b63edc22bd730e2421af.jpg?t=o&v=770)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI