Mohon tunggu...
Giorgio Babo Moggi
Giorgio Babo Moggi Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar yang tak berhenti untuk menulis

Dream is My Life's Keyword.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Hiliwuku Sumba Timur Bak Pria Berbadan "Six Pack"

5 Agustus 2021   12:15 Diperbarui: 5 Agustus 2021   12:27 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis dengan latarbelakang Bukit Hiliwuku, Sumba Timur (Dokpri)

Dari Puru Kambera, kami melanjutkan tapaleuk. Satu destinasi yang tersisa. Sesuai rencana di hotel, Sandra dan Yunus sempat menyinggung Bukit Ferrari.

Tentu pembaca pernah membaca pemberitaan di media sosial dan media online. Sebuah ferrari dengan warna khasnya 'bertengger' di s bukit. Tentu itu bukan berita hoaxe atau foto editan. Fakta bersejarah bahwa ferrari pernah 'mampir' di Sumba.

Sesuatu yang tak masuk akal. Tapi inilah cara atau strategi yang digawangi ibu July Laiskodat untuk mempopulerkan Sumba sebagai salah satu destinasi unggulan Nusa Tenggara Timur.

Karena itu pula, kami penasaran dengan bukit tersebut dan kemudian memilihnya sebagai destinasi pamungkas adventure di tanah Sumba hari itu.

Kami terbagi dalam tiga kendaraan, tambahan satu kendaraan Umbu dan kawan-kawan. Setelah makan dan pengambilan foto di pantai Puru Kambera, kami bergerak ke arah kota.

Penjelasan Yunus, Bukit Ferrari cukup jauh dari kota. Ini sedikit melorotkan semangat kami yang sudah semakin lelah. Kurang istirahat.

Di tengah jalan, Sandra terima telepon dari Guido yang menyampaikan destinasi berikutnya ke Bukit Hiliwuku. Kebetulan Guido berada satu kendaraan dengan Umbu, putra Sumba, jebolan IPDN Jatilangor.

Segera setelah memutuskan telepon, Sandra menelopon Yunus, driver mobil yang jalan paling depan guna menyampaikan tujuan berikutnya.

"Om Yunus, kita ke Bukit Hiliwuku." Terdengar suara Sandra yang berada di belakang saya.

"Jauh, ibu." Balas Yunus.

"Mana lebih jauh?"

"Bukit Hiliwuku sekitar 50 kilomoter."

"Bukit Ferrari?"

"20 kilometer."

"Benar yang mana nih, om Yunus?"

Di tengah percakapan Sandra dan Yunus, mobil terbelakang dimana ada Guido, Umbu dan Aditya nyalib dan melaju hingga posisi terdepan. Guido mengkonfirmasi by phone, destinasi terakhir Bukit Hiliwiku.

Kami pasrah saja pada Yunus, Yery dan Umbu karena mereka adalah 'pemilik' Sumba.

Mobil melaju ke arah timur, arah Bandara Umbu Meha Kundang. Kami berada di urutan terakhir, terdepan mobil Umbu disusul mobil Yunus. Kami berbelok ke kanan di kawasan persawahan yang subur dan luas. Tujuan kami jelas. Ke arah gunung. Di depan kami terhampar perbukitan. Rumah-rumah pun masih dapat dihitung dengan jari.

"Kalau pantai, kita sudah sering pergi. Kalau ke gunung, kita jarang-jarang," ujar Sandra.

"Apalagi di Sumba Timur. Dikenal dengan bukit-bukitnya," tambahnya.

Kondisi jalan mulus dan lurus. Semakin jauh, semakin mengingatkan pertualangan saya dan Ardi di Queensland, Australia. Di jedah waktu libur semester, kami menempuh perjalanan sejauh 400-an kilometer ke Cairns, Northen Queensland.

Orang Australia menyebut Cairns, Bali-nya Australia. Musim dingin di selatan, masyarakat Australia akan 'eksodus' ke utara. Cairns adalah salah satu tujuan.

Tak jauh dari Cairns, sekitar 30-an kilometer, terdapat kawasan yang namanya Tablelands.  Hamparan nan luas dan berada di tempat yang tinggi. Mungkin itu sebabnya, orang menyebutnya Tablelands.

Perbedaan di sini, hamparan padang di Sumba masih merupakan lahan tidur. Belum dimaksimalkan baik untuk pertanian, peternakan maupun pariwisata. Sedangkan Tablelands jauh lebih berkembang karena menjadi salah satu destinasi wisata, kawasan pertanian dan peternakan.

Mobil terus bergerak ke arah gunung. Sepertinya titik tujuan masih jauh. Karena bukit ataupun pegunungan masih sejauh mata memandang. Namun, uniknya, sepanjang perjalanan kita disuguhi lekak-lekuk bukit yang eksotik.

Sepanjang perjalanan, antara saya Yery, Sandra dan Asti bertanya-tanya kemanakah gerangan. Yery pun tidak tahu tempat yang dituju. Katanya, ia belum tahu bukit Ferrari, tetapi ia tahu Bukit Hiliwuku.

Setelah melewati perjalanan panjang, dari Puru Kambera dan Waingapu, mobil yang ditumpangi Umbu, Guido, dan Aditya berhenti di ruas jalan yang mana sisi kiri kanan terdapat perbukitan yang indah. Hiliwuku.

Kami bergegas turun dan meraih handphone, mengaktifkan camera dan mengabadikan barisan bukit nan kekar itu.

"Ini Bukit Hiliwuku. Mobil ferrari pernah sampai di sini. " Kata Yunus.

Astaga, ternyata Hiliwuku dan Bukit Ferrari adalah bukit yang sama. Nama aslinya, Hiliwuku. Sedangkan Bukit Ferrari populer setelah sebuah mobil ferrari mampir dan difoto dengan latar belakang Bukit Hiliwuku.

Saya sempat 'protes' dalam canda dengan Yunus.

"Om hanya bikin kami bingung saja. Ternyata, baik Bukit Hiliwuku maupun Bukit Ferrari sama saja."

Dijawabnya dengan senyum. Kata Sandra, Yunus memang suka bercanda. Itulah Yunus, ramah dan mudah bersahabat.

Ketika berada di lookout, di hadapan kami terpampang perbukitan Hiliwuku nan kekar. Bukit bergelombang dan meninggalkan garis yang tegas sekalipun dibaluti sabana. Saya membayangkan seperti Green Cannyon, Amerika Serikat.

Green Cannyon, bumi yang sudah 'dikuliti' sehingga permukaan terlihat jelas. Gradasi warna batu sangat jelas. Dipenuhi goresan-goresan alamiah, unik dan indah.

Lain lagi Bukit Hiliwuku. Bukit ditumbuhi sabana tapi garis bagaikan rusuk sangat tampak. Inilah keunikannya. Saya menganalogikan, Hiliwuku bak seorang pria yang memiliki sixpack body.

Di balik permukaan seperti itu, saya membayangkan suatu waktu kelak ini tanpa sabana akan serupa Kelleba Madja, spot wisata populer di Pulau Sabu. Corak fisiknya hampir serupa.

Sumba Timur identik dengan sabana dan perbukitan nan eksotik. Bila Bukit Wairinding menampakan 'kelembutan', bak seorang Rambu mengundang rayu untuk mencumbuinya kala melanglang buana di savanah, maka Bukit Hiliwuku adalah Umbu yang memperlihatkan keperkasaannya, bertelanjang dada, parang dan tombak terhunus di atas punggung Sandlewood. Garis-garis simetris bukit bagaikan sang pria yang bertubuh sixpack yang berjalan di atas panggung dan para penonton berdecak 'wowwwww'. Itulah suasana jiwa dan raga bila anda memandangnya.

Tuhan, Maha Sempurna. Kesempurnaan itu tampak pula dalam setiap karya ciptaan-Nya. Bukit Hiliwuku, Bukit Ferrari, Bukit Sixpack atau apapun sebutannya adalah bukti nyata Kemahasempurnaan Tuhan. Terimakasih Tuhan. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun