"Bukit Hiliwuku sekitar 50 kilomoter."
"Bukit Ferrari?"
"20 kilometer."
"Benar yang mana nih, om Yunus?"
Di tengah percakapan Sandra dan Yunus, mobil terbelakang dimana ada Guido, Umbu dan Aditya nyalib dan melaju hingga posisi terdepan. Guido mengkonfirmasi by phone, destinasi terakhir Bukit Hiliwiku.
Kami pasrah saja pada Yunus, Yery dan Umbu karena mereka adalah 'pemilik' Sumba.
Mobil melaju ke arah timur, arah Bandara Umbu Meha Kundang. Kami berada di urutan terakhir, terdepan mobil Umbu disusul mobil Yunus. Kami berbelok ke kanan di kawasan persawahan yang subur dan luas. Tujuan kami jelas. Ke arah gunung. Di depan kami terhampar perbukitan. Rumah-rumah pun masih dapat dihitung dengan jari.
"Kalau pantai, kita sudah sering pergi. Kalau ke gunung, kita jarang-jarang," ujar Sandra.
"Apalagi di Sumba Timur. Dikenal dengan bukit-bukitnya," tambahnya.
Kondisi jalan mulus dan lurus. Semakin jauh, semakin mengingatkan pertualangan saya dan Ardi di Queensland, Australia. Di jedah waktu libur semester, kami menempuh perjalanan sejauh 400-an kilometer ke Cairns, Northen Queensland.
Orang Australia menyebut Cairns, Bali-nya Australia. Musim dingin di selatan, masyarakat Australia akan 'eksodus' ke utara. Cairns adalah salah satu tujuan.