Mohon tunggu...
Giorgio Babo Moggi
Giorgio Babo Moggi Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar yang tak berhenti untuk menulis

Dream is My Life's Keyword.

Selanjutnya

Tutup

Sosok

"In Memoriam", Tuhan Memanggilnya Saat Perjuangan Mencapai Garis Finish

27 April 2019   07:39 Diperbarui: 27 April 2019   08:03 1041
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senin Rahmat AR (Foto: Facebook.com)

Kami mengawali pendidikan perguruan tinggi di Yogkyarta. Pada sebuah perguruan tinggi swasta yang sama. STMIK AKAKOM. Kami berada dalam jurusan yang sama. Diploma III Jurusan Teknik Komputer.

Dalam perkenalan ia mengaku dari Batam, kepada saya, ia selalu menyebutkan tanah leluhurnya, Alor. Agama dan kepercayaan, kami berbeda, tapi ketika ia menyebut Alor, hubungan emosional kami menyatu. Merasa sebagai anak yang berasal dari NTT. Rahim yang sama.

Dalam pengamatan pribadi, Senin, mahasiswa yang ramah dan aktif dalam berbagai kegiatan organisasi kampus. Selain aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Islam, ia aktif pula di UKM yang lain. Saya pernah terlibat dan bergabung bersamanya dalam UKM Informatika (Akh, kalau tidak salah namanya. Saya sedikit lupa karena sudah lama sekali).

Dari semua Unit Kegiatan Mahasiwa yang digelutinya, kami memiliki wadah Keluarga Besar Teknik Komputer. Kami sering menyebut diri sebagai "Anak TK" alias Anak Teknik Komputer. Hubungan kami sangat akrab, apalagi sesama teman seangkatan (Angkatan 96). 

Kami sering menyelenggarakan kegiatan di luar kampus seperti Malam Keakraban (Makrab) dan bahkan memiliki tim sepak bola sendiri dengan seragam ungu (La Viola) karena Iqbal, salah satu pencetusnya, sangat mengidolakan Gabriel Omar Batistuta dan Florentina FC yang dikenal dengan seragam ungunya.

Di kampus, kami sering nongkrong di depan Laboratorium Teknik Komputer. Markasnya Mohamad Basor, Dosen Teknik Elektronika. Tempat itu sudah menjadi 'milik' anak TK. Seolah-olah kami sudah mengontraknya. Entah mungkin karena aktivitas kami lebih sering di laboratorium itu.  

Bila satu "Anak TK" duduk di situ, akan susul yang lain baik yang pria maupun wanita. Duduk ramai-ramai. Cerita ngalor ngidul hingga membahas hal-hal yang serius tentang matakuliah. Benar khan Irma, Imroatun, Yogi, Anton Ledoh, dkk?

Selepas tamat Teknik Komputer, saya melanjutkan ke jenjang S1, bergeser ke Jurusan Teknik Informatika. Saya masih beberapa kali bertemunya. Menyapa dan bercanda seperti biasa. Setelah itu apalagi setelah saya tamat dan meninggalkan Yogyakarta, saya tidak memiliki kabar tentangnya.

Sekian lama berpisah. Facebook-lah yang mempertemukan kami. Bisa baku sapa, tanya kabar dan saling dukung satu sama lain. Melihat pergerakan politiknya di Facebook tak terlalu mengejutkan saya. 

Saya tahu dan mengenalnya dengan baik. Ia mampu untuk mewujudkan mimpinya di dunia  politik. Pengalaman berorganisasi di lingkungan kampus ternyata menjadi modal baginya. Dasar itulah saya percaya Senin bisa menuju ke sana.

Satu postingannya yang mengharukan saya dan menabuhkan rasa bangga di dada, yakni kunjungannya ke masyarakat NTT diaspora di Pulau Batam. Terserah apa kata orang, itu politis atau bukan, sebagai putra NTT yang munjunjung tinggi toleransi, sikapnya patut mendapat jempol. Ini membuktikan Senin tak melupakan "akar leluhurnya"-nya. Senin siapa, kami siapa? Kami anak-anak NTT meskipun kami berbeda keyakinan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun