Mohon tunggu...
Giorgio Babo Moggi
Giorgio Babo Moggi Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar yang tak berhenti untuk menulis

Dream is My Life's Keyword.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Senja yang Terluka

26 April 2019   07:59 Diperbarui: 26 April 2019   15:57 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Marvel sadar telah melakukan kesalahan besar. Melukai perasaan Monika dengan kata-katanya. Itu telah membuat Monika meneteskan air mata tanpa sadar di hadapan teman-temannya. Bahkan ia diledekin teman-temannya. Ia merasa telah dipermalukan oleh Marvel.

Itulah sebabnya Monika berperang habis-habisan dengan Marvel. Ia tak perduli lagi dengan penyesalan kekasihnya. Tekadnya bulat. Putus. Jalan terbaik bagi Monika sebelum segala sesuatu yang terburuk terjadi padanya.

Sementara Marvel sadar akan kata-katanya. Ia tak bermaksud sedikit pun untuk melukai wanita yang dicintai itu. Apa yang dilakukannnya hanyalah candaan. Sayangnya, Marvel tak tahu kalau Monika menghidupkan speaker sehinga teman-temannya mendengar kata-katanya.

Bujuk rayu Marvel tak mampu meluluhkan hati Monika. Monika tetap bersikap keras dan tegas untuk tidak menerima telepon atau membalas Whatsapp Marvel.

Kata-kata kadang dapat menjelma menjadi sebilah pedang yang dapat melukai orang lain. Bila orang terluka oleh kata-kata, luka itu akan sembuh dalam jangka waktu yang lama. Lebih mudah diobati luka fisik daripada luka bathin, luka perasaan atau luka psikis.

Monika mengalami itu. Ia memang terluka oleh kata-kata Marvel. Sementara Marvel beranggapan biasa saja. Tak perlu dirasiaukan dengan kata-katanya. Niatnya hanya untuk bercanda. Tapi Marvel berjanji dalam bathinnya tak akan melukai Monila lagi.

Pertengkaran Monika dan Marvel telah mengoyakkan senja itu. Keindahan teluk mungil itu tak mampu mendamaikan mereka. Menunggu sunset tiba, malah petaka yang datang. Petaka itu mendatangkan luka bagi Monika. Luka itu dibawa pulangnya ke rumah. Entah sampai kapan luka itu sembuh.

Keindahan senja di teluk mungil itu memudar seiring luka bathin Monika yang dirajam kata-kata Marvel. Senja pun terluka. Monika dan Marvel saling diam setelah berperang kata di Whatsapp. Dua-duanya saling menunggu. Eentah, siapa yang akan memulai. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun