Mohon tunggu...
Giorgio Babo Moggi
Giorgio Babo Moggi Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar yang tak berhenti untuk menulis

Dream is My Life's Keyword.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

[Sumba] Melanglang Bumi Savanah, Sasar Air Terjun Tanggedu hingga Terjebak Hujan dan Sebrangi Kali Pakai Tali

1 April 2019   11:05 Diperbarui: 1 April 2019   19:45 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Padang dan pebukitan Tanggedu, Sumba Timur, NTT (Foto: Primus Metboki)

Lebih banyak padang 'ditelantarkan' atau menjadi area kawanan ternak merumput. Pemandangan yang unik dan beda dengan Tablelands yang dimaksimalkan penduduk sebagai lahan perkebunan, perternakan dan kawasan hunian serta destinasi wisata. 

Melihat tesktur tanah Tablelands berisi. Beda dengan tanah di dataran Tanggedu, kebanyakan tanah berbatu karang. Mungkin itu sebabnya, warga enggan bercocok tanam dan memilih beternak saja.

Situasi menyebrangi kali dalam perjalanan pulang dari air terjun Tanggedu (Foto: Primus Metboki)
Situasi menyebrangi kali dalam perjalanan pulang dari air terjun Tanggedu (Foto: Primus Metboki)
Selain melintasi di tengah padang yang luas dan rata. Kami melewati ruas jalan yang berlika-liku dan memacu adrenalin. Betapa tidak. Jalan turun naik lembah dan bukit. Tentu pula topografi alam ini menampakan keindahan yang tiada duanya bahkan tak dijumpai di Tablelands, Australia. 

Mata kita dimanjakan barisan bukit kapur. Teman-teman menyebut Great Canon-nya Tanggedu. Di tengah lembah, terdapat kebun-kebun warga. Kata Ketua RT, warga membudidaya bawang merah. Petani bisa menghasilkan uang puluhan juta rupiah.

Perjalanan kami terhenti di sebuah kampung kecil. Berada di bawah lekukan bukit. Hamparan sawah luas. Kami berjumpa dengan Ketua Rukun Keluarga (RK), bapak Uron. 

Dari kampung ini kami harus berjalan kaki sejauh 2 kilometer menuju air terjun. Kami begitu yakin dan sampai titik tujuan. Namun, kedatangan kami di kampung itu disambut oleh gerimis hujan. 

Gerimis ini nyaris menjadi alasan atau rintangan kami untuk tidak melanjutkan perjalanan. Kawan-kawan menyatakan satu kata untuk melangkah terus. Pantang mundur. Harsat terlanjur di ubun-ubun. He he ...

Saya berinisiatif memulai tracking dan dipandu oleh Ketua RT. Baik ketua RT dan Ketua RK meragukan kondisi saya karena pengakuan mereka medannya sangat sulit. Saya mengatakan kepada mereka, saya bisa. 

Ternyata benar. Medannya sulit. Track-nya sempit dan terjal. Bila tidak hati-hati, taruhannya tubuh tergelincir ke dasar kali. Jiwa tualangku bangkit dan taklukan medan itu. 

Turun hingga dasar kali yang debit airnya mengecil. Rintangan di depan menghadang. Kami haris melewati track menanjak dan berliku. Nafas ngos-ngosan. Betis dan paha mulai pegal-pegal dan keram. Ini dialami oleh kami semua. Kami harus berhenti beberapa kali sebelum mengapai dataran.

sumba-6-5ca18b2e3ba7f7547e39cbf2.jpg
sumba-6-5ca18b2e3ba7f7547e39cbf2.jpg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun