Mengikuti petunjuk google map lebih sering terjebak daripada tepat sasar tujuan. Karel lalu turun dari mobil dan menanyakan kepada seseorang pemuda. Ia mengilustrasikan denah dengan jemarinya dan menunjukkan arah ke Tanggedu.
Tak sesulit yang dibayangkan. Menuju Tanggedu, kami melintasi jalan sepanjang pantai, melewati tengah padang dan bebukitan sabana yang indah. Mata terkesima. Hati melonjak kekaguman, "A fantastic and amazing place".Â
Tepat untuk menggambarkan sepanjang rute yang kami lalui. Memang alamnya sangat indah. Bukit dan lembah ditutupi sabana yang hijau kekuning-kuningan. Menari-nari dengan gemulai saat ditiup angin.Â
Sementara pepohonon perdu mempercantik pembukitan savanah nan indah. Hamparan laut membiru, teduh menyejukan mata. Menggoda mata kami untuk mengabadikannya.
Primus pinta Karel merapatkan mobil ke tepi jalan. Rupanya ada spot yang menarik di mata Primus yang memiliki hobi fotografi ini. Kami turun dari mobil, Dewi, Kiki, Yati dan Un bergegas ke tengah padang. Mengamati dan mengambil pose. Primus merekam setiap moment dengan tangkas.
Kuda-kuda Sandalwood menjadi pesona yang menyatu dengan alam. Mereka dibiarkan tanpa seutas tali yang mengekang kebebasannya. Melahap rerumputan yang menghijau. Memberikan pemandangan unik siang itu.Â
Kami pun enggan beranjak dari situ. Tak puas-puas mengabadikan diri dalam berbagai pose dan latar. Mengingat waktu yang semakin terbatas, kami pun meninggalkan spot itu.
Karel memacu Inova dengan kecepatan sedang. Sedikit berhati-hati. Karena banyak lobang sewaktu-waktu menjadi jebakan maut. Mobil terus menyisir jalan ruas jalan beraspal. Sepanjang jalan disuguhkan pemandangan khas Tana Humba.Â
Padang sabana. Pada sebuah jalur lurus, terpampang sebuah papan nama air terjun Tanggedu. Hati pun berdecak gembira. Titik tujuan pun semakin jelas. Karel membelok mobil dan menyusuri arah yang ditunjuk pada papan nama tersebut.
Panduan google map jarak titik tujun sepuluh kilomoter lagi. Hati kami pun senang karena tujuan kami sudah dekat. Mobil yang kami tumpangi jalan berlahan karena jalan yang kami lalu tak beraspal.
Di kiri-kanan kami, padang luas sejauh mata memandang. Rumah-rumah berdiri di tepi jalan tapi jaraknya sangat renggang. Suasana sepi. Tapi kami juga menjumpai gerombolan anak-anak sekolah tak jauh dari perkambungan.Â